Apa itu diabetes?
Diabetes melitus atau biasa disebut dengan kencing manis merupakan penyakit kronis. Kondisi ini ditandai dengan gangguan pengaturan gula darah dalam tubuh akibat berbagai hal seperti:
Kurangnya produksi insulin oleh pankreas
Kurangnya respon tubuh terhadap insulin
Adanya pengaruh hormon lain yang menghambat kinerja insulin
Maka itu, penyakit diabetes dibagi dalam beberapa jenis, yaitu:
Diabetes Tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 adalah gangguan autoimun yang menyebabkan sistem ketahanan menyerang dan merusak sel-sel yang memproduksi hormon insulin, sehingga pankreas tidak dapat memproduksi hormon tersebut. Hal ini akan mengakibatkan tubuh kekurangan insulin dan meningkatkan kadar glukosa darah.
Kondisi ini umumnya menyerang pasien di bawah usia 40 tahun, terutama pada masa remaja. Biasanya gejala penyakit ini lebih cepat terdeteksi pada usia yang lebih muda, terutama pada masa kanak-kanak atau remaja.
Penyebab dari kondisi ini belum jelas. Para ahli menduga bahwa penyebab penyakit gula ini mungkin akibat faktor genetik dan lingkungan. Namun, Anda mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena kondisi ini jika:
orangtua atau saudara kandung Anda yang mengidap kondisi ini
dalam keadaan paparan penyakit virus
munculnya autoantibodi
kekurangan vitamin D, mengonsumsi susu sapi atau susu formula, dan sereal sebelum usia 4 bulan. Meskipun tidak langsung menyebabkan kondisi ini terjadi, tapi masih berisiko.
Diabetes Tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 merupakan tipe penyakit gula yang paling banyak terjadi, karena kejadiannya mencapai 90-95 persen dari semua kasus.
Tidak seperti diabetes tipe 1, penderita tipe 2 tetap memproduksi insulin. Kondisi ini lebih sering terjadi pada orang dewasa, karena itu sering disebut dengan adult-onset diabetes.
Meskipun begitu, penyebab persis mengapa hal ini terjadi sebenarnya tidak pasti. Namun para ahli percaya bahwa faktor genetik dan lingkungan berperan dalam penyebab diabetes melitus tipe 2. Kelebihan berat badan adalah pemicu utama penyakit gula, tapi tidak semua pasien diabetes melitus tipe 2 kelebihan berat badan.
Diabetes Tipe Lain
Diabetes gestational adalah jenis diabetes yang hanya terjadi pada wanita hamil. Penyakit ini dapat menyebabkan masalah pada ibu maupun bayi-bayinya jika tidak diobati. Namun kondisi ini biasanya sembuh setelah melahirkan.
Jenis lain dari penyakit ini biasanya diakibatkan hasil dari sindrom genetik, operasi, obat-obatan, kekurangan gizi, infeksi dan penyakit lainnya. Diabetes insipidus adalah kondisi berbeda yang disebabkan oleh ketidakmampuan ginjal untuk menyimpan air. Kondisi ini jarang terjadi dan dapat diobati.
prediabetes bisa sembuh
Mengapa bisa terkena diabetes?
Pencernaan dan penyerapan gula
Sebelumnya perlu diketahui, bahwa kondisi penyakit ini erat kaitannya dengan kadar gula darah (glukosa). Glukosa sangat penting untuk tubuh, karena bekerja sebagai sebagai sumber energi bagi sel-sel dan jaringan tubuh, terutama otak. Glukosa sebenarnya berasal dari makanan yang Anda makan dan dari disimpan sebagai cadangan di dalam hati (liver). Jenis glukosa yang disimpan di hati disebut dengan glikogen.
Jika Anda belum makan otomatis kadar gula darah akan rendah, liver akan memecah glikogen menjadi glukosa dan menyeimbangkan kadar gula darah Anda. Namun sayangnya, sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan “bahan bakar” ini langsung tanpa bantuan hormon insulin yang seharusnya dihasilkan oleh kelenjar pankreas.
Hormon insulin membuat glukosa lebih mudah untuk diserap oleh sel-sel tubuh sehingga menurunkan kadar gula dalam aliran darah. Namun, jika Anda mengalami gangguan fungsi pankreas hingga jumlah produksi insulin, maka kadar gula dalam darah akan terus meningkat.
Sementara itu, sel-sel dalam tubuh yang akhirnya tak mendapatkan ‘bahan bakar’ akan merasa kelaparan. Hal ini kemudian membuat tubuh menganggap bahwa ia sedang kekurangan gula sehingga memecah glikogen kembali. Pada akhirnya, gula akan terus menumpuk di dalam darah dan terjadilah kadar gula darah tinggi yang disebut dengan hiperglikemia.
Apa saja gejalanya?
Gejala utama diabetes:
Sering merasa haus
Sering buang air kecil, terkadang terjadi setiap jam dan disebut poliuria
Penurunan berat badan yang tidak jelas dan tiba-tiba
Kelelahan
Gejala yang jarang terjadi:
Mual atau muntah
Pada wanita sering terjadi infeksi vagina
Infeksi jamur atau sariawan
Mulut kering
Luka sulit sembuh
Gatal pada kulit, terutama pada lipatan paha atau daerah vagina
Gejala diabetes lain yang harus Anda sadari
1. Kaki sakit dan mati rasa
Kadar gula darah yang sangat tinggi akan menyebabkan kerusakan pada saraf-saraf tubuh. Tak semua orang yang mengalami gejala ini.
Namun orang yang mengalami diabetes, akan merasa mati rasa, kesemutan, dan rasa sakit pada tubuh, terutama di kaki. Gejala seperti ini biasanya terjadi pada seseorang yang sudah mengalami diabetes selama 5 tahun atau lebih.
2. Pandangan kabur
Pandangan kabur pada diabetesi (sebutan untuk penderita diabetes) biasanya berasal dari gangguan lensa (katarak) atau gangguan saraf mata (retinopati diabetikum).
Kondisi gula darah yang cukup tinggi dapat memicu penumpukan protein di dalam lensa mata sehingga terjadinya proses katarak. Gula darah yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan pembuluh darah kecil di mata terganggu bahkan pecah sehingga saraf mata (retina) tidak dapat bekerja dengan baik.
3. Perubahan keadaan kulit
Kadar insulin yang tinggi mendorong pigmen yang menimbulkan bercak hitam pada kulit. Jika ada perubahan yang terasa pada kulit, bisa saja menjadi tanda awal Anda memiliki penyakit gula atau kencing manis. Perubahan bisa saja ditandai dengan kulit yang menjadi gelap, bersisik, hingga muncul keriput dini.
4. Rentan terhadap infeksi atau penyakit
Seseorang dengan gejala awal kencing manis ini cenderung lebih rentan terhadap infeksi bakteri maupun jamur karena mereka memiliki sistem kekebalan tubuh yang menurun.
Mikroorganisme tersebut membutuhkan glukosa sebagai sumber energinya. Infeksi dapat tumbuh dalam lipatan kulit yang hangat dan lembab, seperti antara jari tangan dan kaki, di bawah payudara, atau di dalam atau di sekitar alat kelamin.
5. Gusi merah dan bengkak
Penyakit gula ini dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh Anda dan kemampuan Anda untuk melawan infeksi sehingga meningkatkan risiko infeksi pada gusi dan rahang gigi Anda. Gusi Anda dapat bengkak atau mungkin mengalami luka.luka terbuka kena air
6. Lambatnya penyembuhan luka
Gula darah tinggi dapat mempengaruhi aliran darah dan menyebabkan kerusakan saraf di daerah tubuh sehingga mengganggu proses penyembuhan alami tubuh Anda.Mengetahui gejalanya lebih awal akan memudahkan Anda untuk mengatasi gejala tersebut dan bahkan dapat mencegahnya. Penyakit gula atau kencing manis ini juga dapat dicegah dengan melakukan olahraga teratur, menjaga pola hidup sehat dan menjaga kadar gula darah tetap normal.
Untuk menjaga kadar gula darah normal, Anda harus membatasi konsumsi gula, tapi bukan berarti Anda jadi anti gula, yang dapat Anda lakukan adalah mengganti gula harian Anda. Gunakan pemanis rendah kalori dan bebas gula untuk mencegah penyakit gula dan mengontrol asupan kalori.
7. Cepat lapar
Kurangnya insulin untuk memasukkan gula ke sel membuat otot dan organ melemah dan tubuh kehabisan energi. Otak akan mengira kurang energi itu karena kurang makan, sehingga tubuh berusaha meningkatkan asupan makanan dengan mengirimkan sinyal lapar.
8. Penurunan berat badan tiba-tiba
Walau nafsu makan meningkat, para diabetesi dapat mengalami penurunan berat badan, bahkan sangat drastis. Berhati-hatilah bila perubahannya sampai 5 persen dari berat badan.Karena kemampuan metabolisme glukosa terganggu, tubuh akan menggunakan apapun lain sebagai ‘bahan bakar’, misalnya otot dan lemak sehingga orang akan tampak kurus.
Kapan saya harus pergi ke dokter?
Anda harus segera menemui dokter untuk mengecek keadaan jika Anda merasakan gejala-gejala diabetes yang disebutkan di atas. Selain itu, Anda perlu menelepon nomor darurat jika Anda merasa:
merasa mual dan lemah
merasa haus berlebihan dan saat buang air kecil dibarengi dengan sakit perut
bernapas dengan cepat
Apa obat diabetes?
Diabetes adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Namun bukan berarti Anda jadi merasa putus asa. Penyakit gula atau kencing manis ini masih bisa diatasi dan dikendalikan dengan cara tertentu. Anda bisa mengonsumsi obat-obatan untuk mengendalikan penyakit ini. Berikut merupakan obat penyakit gula atau kencing manis:
Obat diabetes tipe 1
Para diabetesi yang mengidap tipe 1, tubuh Anda menyerang sel yang memproduksi insulin sehingga kadar insulin yang dihasilkan tubuh berkurang. Sehingga, pada obat diabetes melitus tipe 1, pasien umumnya akan diberikan obat diabetes berupa insulin yang akan disuntikkan pada tubuh pasien setiap hari. Beberapa jenis insulin tersebut antara lain:
Insulin dengan aksi cepat. Insulin ini biasanya akan diberikan saat Anda hanya memiliki sedikit waktu untuk menyuntikkan insulin, seperti saat kadar gula melebihi target.
Insulin dengan aksi lambat. Kebalikan dari insulin dengan aksi cepat, insulin dengan aksi lambat biasa digunakan saat Anda memiliki waktu yang lebih lama dalam menyuntikkan insulin. Tapi dibandingkan dengan insulin aksi cepat, insulin aksi lambat lebih jarang digunakan.
Insulin dengan aksi intermediate. Meskipun lama waktu penyuntikkan insulin jenis ini relatif panjang, namun insulin aksi intermediate biasanya dikombinasikan dengan aksi yang lebih cepat, sehingga mampu memaksimalkan manfaat dari penyuntikkan.
Obat diabetes tipe 2
Pada kondisi ini, umumnya yang terjadi adalah tubuh Anda yang tidak mampu menggunakan insulin yang ada, sebagaimana mestinya. Sehingga, berbeda halnya dengan diabetes tipe 1 dan tipe 2 umumnya akan diberikan obat diabetes berupa kapsul yang diminum secara oral setiap hari, atau bahkan Anda mungkin hanya akan dianjurkan untuk memperbanyak kuantitas olahraga Anda.
Perubahan pola hidup seperti olahraga secara teratur dan menjalani diet khusus diabetes adalah pilihan utama dalam mengatasi diabetes. Bila ini saja tidak cukup, obat diabetes dapat membantu Anda.
Perlu dipertimbangkan juga, beberapa obat diabetes tipe 2 mampu memberi beberapa efek samping, seperti obat diabetes tipe 2 jenis metformin yang menyebabkan efek seperti kembung hingga diare. Namun efek samping ini tidak selalu muncul pada setiap orang. Diskusikan dengan dokter Anda bila Anda mengalami efek samping obat tersebut.
Untuk diabetes tipe 1 dan tipe 2, Anda perlu melakukan diet khusus untuk mengontrol gula darah. Anda harus makan camilan pada waktu yang sama setiap hari.
Penting juga untuk selalu memeriksa kadar gula darah Anda dengan glukometer dan melihat apa ada tanda-tanda tingkat gula darah Anda terlalu rendah atau terlalu tinggi. Dokter akan menjelaskan kepada Anda cara memberi injeksi insulin, sehingga Anda dapat menyuntikkan sendiri di rumah, biasanya 2-3 kali sehari.
Apa saja perubahan gaya hidup untuk membantu mengatasi kondisi ini?
makanan tinggi serat untuk diabetes
1. Menjaga pola makan dan asupan gizinya
Sebenarnya, makanan untuk diabetesi hampir sama dengan orang yang sehat-sehat saja. Bedanya, makanan Anda lebih diatur dari mereka. Pola makan teratur yang sehat setiap harinya hampir sama dengan terapi nutrisi medis.
Makan makanan sehat ini dimaksudkan untuk selalu mengonsumsi makanan bergizi, rendah lemak dan kalori sehingga bisa mengontrol kadar gula darah Anda. Seperti apa makanan yang harus dimakan??
Makanan yang terbuat dari biji-bijian utuh atau karbohidrat kompleks seperti nasi merah, kentang panggang, oatmeal, roti dan sereal dari biji-bijian utuh.
Ganti gula Anda dengan pemanis rendah kalori dan mengandung kromium untuk meningkatkan fungsi insulin dalam tubuh, sehingga bisa membantu mengontrol gula darah.
Daging tanpa lemak yang dikukus, direbus, dipanggang, dan dibakar.
Sayur-sayuran yang diproses dengan cara direbus, dikukus, dipanggang atau dikonsumsi mentah. Sayuran yang baik dikonsumsi untuk penderita, seperti brokoli dan bayam.
Buah-buahan segar. Jika Anda ingin menjadikannya jus, sebaiknya jangan ditambah gula.
Kacang-kacangan, termasuk kacang kedelai dalam bentuk tahu yang dikukus, dimasak untuk sup dan ditumis.
Produk olahan susu rendah lemak dan telur.
Ikan seperti tuna, salmon, sarden dan makarel.
Jika Anda menerapkan pola makan yang sehat, maka berat badan tetap ideal, kadar gula darah stabil, dan terhindar dari risiko penyakit jantung.
Tips mengatur pola makan jika Anda menggunakan insulin
Suntikan insulin Anda.
Makanlah jumlah makanan yang sama setiap hari pada waktu yang hampir bersamaan.
Jangan melewatkan waktu makan, terutama jika Anda sudah menerima suntikan insulin. Jika Anda melewatkannya, kadar gula darah Anda akan turun.
Tips jika Anda tidak menggunakan insulin
Patuhi pola makan yang diberikan.
Jangan melewatkan waktu makan, terutama jika Anda mengonsumsi obat hipoglikemik oral (OHO) untuk kondisi ini. Jika Anda melewatkannya, kadar gula darah Anda akan turun.
Melewatkan waktu makanan bisa membuat Anda makan terlalu banyak pada jam berikutnya dan bisa menyebabkan kadar gula darah Anda turun.
2. Olahraga teratur
Manfaat olahraga teratur untuk diabetesi adalah membantu menjaga berat badan turun, insulin bisa lebih mudah menurunkan gula darah, membantu jantung dan paru-paru bekerja lebih baik dan memberi Anda lebih banyak energi.
Tidak usah yang terlalu berat Anda bisa mulai berjalan, berenang, bersepeda di dekat rumah Anda, beraktivitas membersihkan rumah, atau mulai hobi berkebun adalah ide bagus supaya Anda tetap aktif bergerak.
Cobalah berolahraga minimal tiga kali seminggu selama sekitar 30 sampai 45 menit. Jika Anda adalah tipe orang yang jarang olahraga, cobalah 5 sampai 10 menit pada awal olahraga, dari sini nanti Anda bisa meningkatkan waktunya.
Jika kadar gula darah Anda kurang dari 100-120, makanlah apel atau segelas susu sebelum Anda berolahraga. Saat Anda sedang berolahraga, bawalah makanan ringan agar gula darah Anda tidak turun.
Tips jika Anda menggunakan insulin
Berolahraga setelah makan, bukan sebelum makan.
Tes gula darah Anda sebelum, selama, dan sesudah olahraga. Jangan berolahraga bila kadar gula darah Anda rendah, kurang dari 70.
Hindari berolahraga sebelum tidur karena bisa menyebabkan gula darah Anda turun di malam hari.
Tips jika Anda tidak menggunakan insulin
Temui dokter Anda, jika Anda berniat untuk ikut kelas fitness atau program latihan olahraga.
Tes gula darah Anda sebelum dan sesudah berolahraga jika Anda mengonsumsi obat diabetes melitus. Pastikan Anda gula darah tidak lebih rendah dari 70.
3. Rajin cek gula darah Anda setiap hari
Kadar gula darah harus dipantau secara rutin. Ini adalah cara penting guna mengatasi serta menjaga kadar gula darah Anda tetap normal. Cek gula darah juga bisa memberikan informasi mengenai kadar glukosa darah Anda pada saat itu juga. Anda bisa menggunakan alat tes gula darah yang disebut glukometer. Dengan petunjuk pemakaian sebagai berikut:
Pastikan tangan Anda telah dicuci, masukkan kertas test strip ke alat ukur gula darah.
Perlahan, tusuk ujung jari dengan jarum steril hingga darah keluar
Bila darah yang keluar sedikit, perlahan pijat jari hingga darah keluar cukup
Pegang dan tahan ujung test strip sampai darah menetes pada test strip, dan tunggu hasilnya.
Kadar glukosa darah Anda akan muncul di layar alat
Kadar glukosa umumnya berbeda saat sebelum dan setelah Anda makan. Untuk tingkat gula darah normal sebelum makan, kadarnya sekitar 70-130 mg/dL. Kemudian, tingkat gula darah dua jam setelah makan seharusnya kurang dari 180 mg/dL dan menjelang tidur berkisar 100-140 mg/dL.
Jumlah kadar gula darah dapat menggambarkan kondisi kesehatan Anda. Kadar gula darah tinggi dianggap sebagai pertanda bahwa kondisi tubuh Anda sedang tidak sehat. Catat kadar gula darah setiap kali Anda memeriksa kadar gula darah.
4. Pastikan Anda selalu minum obat atau suntik insulin
Meskipun kondisi ini tidak bisa disembuhkan, pemeriksaan sejak dini bisa membuat kadar gula darah penderita penyakit gula bisa dikendalikan. Tujuan pengobatan suntik insulin adalah untuk mempertahankan keseimbangan kadar gula darah dan meminimalisasi risiko komplikasi.
Obat-obatan yang tepat untuk mengatasi Diabetes Tipe 2
Keseimbangan kadar gula darah pada diabetesi terkadang tidak bisa terjaga dengan baik hanya melalui penerapan pola makan sehat dan olahraga teratur. Anda juga mungkin membutuhkan obat-obatan untuk menanganinya.
Ada beberapa jenis obat (biasanya dalam bentuk tablet) yang dapat digunakan untuk kondisi ini (obat hipoglikemik oral). Anda juga mungkin diberikan kombinasi dari dua jenis obat atau lebih untuk mengendalikan kadar gula darah Anda. Obat yang biasa diberikan adalah metformin, sulfonilurea, pioglitazone, gliptin, agonis, acarbose, nateglinide dan repaglinide
Terapi insulin sebagai pendamping obat-obatan lain
Obat-obatan dalam bentuk tablet mungkin akan kurang efektif untuk mengobati penyakit gula atau kencing manis ini, sehingga Anda membutuhkan terapi insulin. Berdasarkan dosis dan cara pemakaiannya, terapi ini dapat diberikan untuk menggantikan atau diberikan bersamaan dengan obat-obatan seperti yang telah disebutkan di atas tadi.
Faktor Risiko Diabetes
Seseorang akan lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 jika memiliki faktor-faktor risiko, seperti:
Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 1.
Menderita infeksi virus.
Orang berkulit putih diduga lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 dibandingkan ras lain.
Bepergian ke daerah yang jauh dari khatulistiwa (ekuator).
Diabetes tipe 1 banyak terjadi pada usia 4-7 tahun dan 10-14 tahun, walaupun diabetes tipe 1 dapat muncul pada usia berapapun.
Sedangkan pada kasus diabetes tipe 2, seseorang akan lebih mudah mengalami kondisi ini jika memiliki faktor-faktor risiko, seperti:
Kelebihan berat badan.
Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 2.
Kurang aktif. Aktivitas fisik membantu mengontrol berat badan, membakar glukosa sebagai energi, dan membuat sel tubuh lebih sensitif terhadap insulin. Kurang aktif beraktivitas fisik menyebabkan seseorang lebih mudah terkena diabetes tipe 2.
Usia. Risiko terjadinya diabetes tipe 2 akan meningkat seiring bertambahnya usia.
Menderita tekanan darah tinggi (hipertensi).
Memiliki kadar kolesterol dan trigliserida abnormal. Seseorang yang memiliki kadar kolesterol baik atau HDL (high-density lipoportein) yang rendah dan kadar trigliserida yang tinggi lebih berisiko mengalami diabetes tipe 2.
Khusus pada wanita, ibu hamil yang menderita diabetes gestasional dapat lebih mudah mengalami diabetes tipe 2. Selain itu, wanita yang memiliki riwayat penyakit polycystic ovarian syndrome (PCOS) juga lebih mudah mengalami diabetes tipe 2
Diagnosis Diabetes
Gejala diabetes biasanya berkembang secara bertahap, kecuali diabetes tipe 1 yang gejalanya dapat muncul secara tiba-tiba. Dikarenakan diabetes seringkali tidak terdiagnosis pada awal kemunculannya, maka orang-orang yang berisiko terkena penyakit ini dianjurkan menjalani pemeriksaan rutin. Di antaranya adalah:
Orang yang berusia di atas 45 tahun.
Wanita yang pernah mengalami diabetes gestasional saat hamil.
Orang yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) di atas 25.
Orang yang sudah didiagnosis menderita prediabetes.
Tes gula darah merupakan pemeriksaan yang mutlak akan dilakukan untuk mendiagnosis diabetes tipe 1 atau tipe 2. Hasil pengukuran gula darah akan menunjukkan apakah seseorang menderita diabetes atau tidak. Dokter akan merekomendasikan pasien untuk menjalani tes gula darah pada waktu dan dengan metode tertentu. Metode tes gula darah yang dapat dijalani oleh pasien, antara lain.
Tes gula darah sewaktu. Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pada jam tertentu secara acak. Tes ini tidak memerlukan pasien untuk berpuasa terlebih dahulu. Jika hasil tes gula darah sewaktu menunjukkan kadar gula 200 mg/dL atau lebih, pasien dapat didiagnosis menderita diabetes.
Tes gula darah puasa. Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pada saat pasien berpuasa. Pasien akan diminta berpuasa terlebih dahulu selama 8 jam, kemudian menjalani pengambilan sampel darah untuk diukur kadar gula darahnya. Hasil tes gula darah puasa yang menunjukkan kadar gula darah kurang dari 100 mg/dL menunjukkan kadar gula darah normal. Hasil tes gula darah puasa di antara 100-125 mg/dL menunjukkan pasien menderita prediabetes. Sedangkan hasil tes gula darah puasa 126 mg/dL atau lebih menunjukkan pasien menderita diabetes.
Tes toleransi glukosa. Tes ini dilakukan dengan meminta pasien untuk berpuasa selama semalam terlebih dahulu. Pasien kemudian akan menjalani pengukuran tes gula darah puasa. Setelah tes tersebut dilakukan, pasien akan diminta meminum larutan gula khusus. Kemudian sampel gula darah akan diambil kembali setelah 2 jam minum larutan gula. Hasil tes toleransi glukosa di bawah 140 mg/dL menunjukkan kadar gula darah normal. Hasil tes tes toleransi glukosa dengan kadar gula antara 140-199 mg/dL menunjukkan kondisi prediabetes. Hasil tes toleransi glukosa dengan kadar gula 200 mg/dL atau lebih menunjukkan pasien menderita diabetes.
Tes HbA1C (glycated haemoglobin test). Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa rata-rata pasien selama 2-3 bulan ke belakang. Tes ini akan mengukur kadar gula darah yang terikat pada hemoglobin, yaitu protein yang berfungsi membawa oksigen dalam darah. Dalam tes HbA1C, pasien tidak perlu menjalani puasa terlebih dahulu. Hasil tes HbA1C di bawah 5,7 % merupakan kondisi normal. Hasil tes HbA1C di antara 5,7-6,4% menunjukkan pasien mengalami kondisi prediabetes. Hasil tes HbA1C di atas 6,5% menunjukkan pasien menderita diabetes.
Hasil dari tes gula darah akan diperiksa oleh dokter dan diinformasikan kepada pasien. Jika pasien didiagnosis menderita diabetes, dokter akan merencanakan langkah-langkah pengobatan yang akan dijalani. Khusus bagi pasien yang dicurigai menderita diabetes tipe 1, dokter akan merekomendasikan tes autoantibodi untuk memastikan apakah pasien memiliki antibodi yang merusak jaringan tubuh, termasuk pankreas.
Komplikasi Diabetes
Sejumlah komplikasi yang dapat muncul akibat diabetes tipe 1 dan 2 adalah:
Penyakit jantung
Stroke
Gagal ginjal kronis
Neuropati diabetik
Gangguan penglihatan
Depresi
Demensia
Gangguan pendengaran
Luka dan infeksi pada kaki yang sulit sembuh
Kerusakan kulit akibat infeksi bakteri dan jamur
Diabetes akibat kehamilan dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil dan bayi. Contoh komplikasi pada ibu hamil adalah preeklamsia. Sedangkan contoh komplikasi yang dapat muncul pada bayi adalah:
Kelebihan berat badan saat lahir.
Kelahiran prematur.
Gula darah rendah (hipoglikemia).
Keguguran.
Penyakit kuning.
Meningkatnya risiko menderita diabetes tipe 2 pada saat bayi sudah menjadi dewasa.