Selasa, 27 November 2018

Sakit Diabetes, Penyebab, Gejala, Resiko, Komplikasi, Dll.

Merupakan julukan ibu dari segala penyakit”, karena kondisi ini dapat memengaruhi banyak organ dalam tubuh. Kadar gula darah yang tinggi pada penderita diabetes dapat menyebabkan banyak komplikasi. Beberapa organ yang bisa terkena dampaknya adalah jantung, ginjal, mata, pembuluh darah, dan sistem saraf. Mari simak lebih lanjut mengenai penyakit ini.

Apa itu diabetes?
Diabetes melitus atau biasa disebut dengan kencing manis merupakan penyakit kronis. Kondisi ini ditandai dengan gangguan pengaturan gula darah dalam tubuh akibat berbagai hal seperti:

Kurangnya produksi insulin oleh pankreas
Kurangnya respon tubuh terhadap insulin
Adanya pengaruh hormon lain yang menghambat kinerja insulin
Maka itu, penyakit diabetes dibagi dalam beberapa jenis, yaitu:

Diabetes Tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 adalah gangguan autoimun yang menyebabkan sistem ketahanan menyerang dan merusak sel-sel yang memproduksi hormon insulin, sehingga pankreas tidak dapat memproduksi hormon tersebut. Hal ini akan mengakibatkan tubuh kekurangan insulin dan meningkatkan kadar glukosa darah.
Kondisi ini umumnya menyerang pasien di bawah usia 40 tahun, terutama pada masa remaja. Biasanya gejala penyakit ini lebih cepat terdeteksi pada usia yang lebih muda, terutama pada masa kanak-kanak atau remaja.
Penyebab dari kondisi ini belum jelas. Para ahli menduga bahwa penyebab penyakit gula ini mungkin akibat faktor genetik dan lingkungan. Namun, Anda mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena kondisi ini jika:
orangtua atau saudara kandung Anda yang mengidap kondisi ini
dalam keadaan paparan penyakit virus
munculnya autoantibodi
kekurangan vitamin D, mengonsumsi susu sapi atau susu formula, dan sereal sebelum usia 4 bulan. Meskipun tidak langsung menyebabkan kondisi ini terjadi, tapi masih berisiko.
Diabetes Tipe 2

Diabetes melitus tipe 2 merupakan tipe penyakit gula yang paling banyak terjadi, karena kejadiannya mencapai 90-95 persen dari semua kasus.
Tidak seperti diabetes tipe 1, penderita tipe 2 tetap memproduksi insulin. Kondisi ini  lebih sering terjadi pada orang dewasa, karena itu sering disebut dengan adult-onset diabetes.
Meskipun begitu, penyebab persis mengapa hal ini terjadi sebenarnya tidak pasti. Namun para ahli percaya bahwa faktor genetik dan lingkungan berperan dalam penyebab diabetes melitus tipe 2. Kelebihan berat badan adalah pemicu utama penyakit gula, tapi tidak semua pasien diabetes melitus tipe 2 kelebihan berat badan.

Diabetes Tipe Lain
Diabetes gestational adalah jenis diabetes yang hanya terjadi pada wanita hamil. Penyakit ini dapat menyebabkan masalah pada ibu maupun bayi-bayinya jika tidak diobati. Namun kondisi ini biasanya sembuh setelah melahirkan.
Jenis lain dari penyakit ini biasanya diakibatkan hasil dari sindrom genetik, operasi, obat-obatan, kekurangan gizi, infeksi dan penyakit lainnya. Diabetes insipidus  adalah kondisi berbeda yang disebabkan oleh ketidakmampuan ginjal untuk menyimpan air. Kondisi ini jarang terjadi dan dapat diobati.
prediabetes bisa sembuh

Mengapa bisa terkena diabetes?
Pencernaan dan penyerapan gula
Sebelumnya perlu diketahui, bahwa kondisi penyakit ini erat kaitannya dengan kadar gula darah (glukosa). Glukosa sangat penting untuk tubuh, karena bekerja sebagai sebagai sumber energi bagi sel-sel dan jaringan tubuh, terutama otak. Glukosa sebenarnya berasal dari makanan yang Anda makan dan dari disimpan sebagai cadangan di dalam hati (liver). Jenis glukosa yang disimpan di hati disebut dengan glikogen.
Jika Anda belum makan otomatis kadar gula darah akan rendah, liver akan memecah glikogen menjadi glukosa dan menyeimbangkan kadar gula darah Anda. Namun sayangnya, sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan “bahan bakar” ini langsung tanpa bantuan hormon insulin yang seharusnya dihasilkan oleh kelenjar pankreas.
Hormon insulin membuat glukosa lebih mudah untuk diserap oleh sel-sel tubuh sehingga menurunkan kadar gula dalam aliran darah. Namun, jika Anda mengalami gangguan fungsi pankreas hingga jumlah produksi insulin, maka kadar gula dalam darah akan terus meningkat.
Sementara itu, sel-sel dalam tubuh yang akhirnya tak mendapatkan ‘bahan bakar’ akan merasa kelaparan. Hal ini kemudian membuat tubuh menganggap bahwa ia sedang kekurangan gula sehingga memecah glikogen kembali. Pada akhirnya, gula akan terus menumpuk di dalam darah dan terjadilah kadar gula darah tinggi yang disebut dengan hiperglikemia.

Apa saja gejalanya?
Gejala utama diabetes:
Sering merasa haus
Sering buang air kecil, terkadang terjadi setiap jam dan disebut poliuria
Penurunan berat badan yang tidak jelas dan tiba-tiba
Kelelahan
Gejala yang jarang terjadi:
Mual atau muntah
Pada wanita sering terjadi infeksi vagina
Infeksi jamur atau sariawan
Mulut kering
Luka sulit sembuh
Gatal pada kulit, terutama pada lipatan paha atau daerah vagina
Gejala diabetes lain yang harus Anda sadari

1. Kaki sakit dan mati rasa
Kadar gula darah yang sangat tinggi akan menyebabkan kerusakan pada saraf-saraf tubuh. Tak semua orang yang mengalami gejala ini.
Namun orang yang mengalami diabetes, akan merasa mati rasa, kesemutan, dan rasa sakit pada tubuh, terutama di kaki. Gejala seperti ini biasanya terjadi pada seseorang yang sudah mengalami diabetes selama 5 tahun atau lebih.

2. Pandangan kabur
Pandangan kabur pada diabetesi (sebutan untuk penderita diabetes) biasanya berasal dari gangguan lensa (katarak) atau gangguan saraf mata (retinopati diabetikum).
Kondisi gula darah yang cukup tinggi dapat memicu penumpukan protein di dalam lensa mata sehingga terjadinya proses katarak. Gula darah yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan pembuluh darah kecil di mata terganggu bahkan pecah sehingga saraf mata (retina) tidak dapat bekerja dengan baik.

3. Perubahan keadaan kulit
Kadar insulin yang tinggi mendorong pigmen yang menimbulkan bercak hitam pada kulit. Jika ada perubahan yang terasa pada kulit, bisa saja menjadi tanda awal Anda memiliki penyakit gula atau kencing manis. Perubahan bisa saja ditandai dengan kulit yang menjadi gelap, bersisik, hingga muncul keriput dini.

4. Rentan terhadap infeksi atau penyakit
Seseorang dengan gejala awal kencing manis ini cenderung lebih rentan terhadap infeksi bakteri maupun jamur karena mereka memiliki sistem kekebalan tubuh yang menurun.
Mikroorganisme tersebut membutuhkan glukosa sebagai sumber energinya. Infeksi dapat tumbuh dalam lipatan kulit yang hangat dan lembab, seperti antara jari tangan dan kaki, di bawah payudara, atau di dalam atau di sekitar alat kelamin.

5. Gusi merah dan bengkak
Penyakit gula ini dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh Anda dan kemampuan Anda untuk melawan infeksi sehingga meningkatkan risiko infeksi pada gusi dan rahang gigi Anda. Gusi Anda dapat bengkak atau mungkin mengalami luka.luka terbuka kena air

6. Lambatnya penyembuhan luka
Gula darah tinggi dapat mempengaruhi aliran darah dan menyebabkan kerusakan saraf di daerah tubuh sehingga mengganggu proses penyembuhan alami tubuh Anda.Mengetahui gejalanya lebih awal akan memudahkan Anda untuk mengatasi gejala tersebut dan bahkan dapat mencegahnya. Penyakit gula atau kencing manis ini juga dapat dicegah dengan melakukan olahraga teratur, menjaga pola hidup sehat dan menjaga kadar gula darah tetap normal.
Untuk menjaga kadar gula darah normal, Anda harus membatasi konsumsi gula, tapi bukan berarti Anda jadi anti gula, yang dapat Anda lakukan adalah mengganti gula harian Anda. Gunakan pemanis rendah kalori dan bebas gula untuk mencegah penyakit gula dan mengontrol asupan kalori.

7. Cepat lapar
Kurangnya insulin untuk memasukkan gula ke sel membuat otot dan organ melemah dan tubuh kehabisan energi. Otak akan mengira kurang energi itu karena kurang makan, sehingga tubuh berusaha meningkatkan asupan makanan dengan mengirimkan sinyal lapar.

8. Penurunan berat badan tiba-tiba
Walau nafsu makan meningkat, para diabetesi dapat mengalami penurunan berat badan, bahkan sangat drastis.  Berhati-hatilah bila perubahannya sampai 5 persen dari berat badan.Karena kemampuan metabolisme glukosa terganggu, tubuh akan menggunakan apapun lain sebagai ‘bahan bakar’, misalnya otot dan lemak sehingga orang akan tampak kurus.

Kapan saya harus pergi ke dokter?
Anda harus segera menemui dokter untuk mengecek keadaan jika Anda merasakan gejala-gejala diabetes yang disebutkan di atas. Selain itu, Anda perlu menelepon nomor darurat jika Anda merasa:

merasa mual dan lemah
merasa haus berlebihan dan saat buang air kecil dibarengi dengan sakit perut
bernapas dengan cepat
Apa obat diabetes?
Diabetes adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Namun bukan berarti Anda jadi merasa putus asa. Penyakit gula atau kencing manis ini masih bisa diatasi dan dikendalikan dengan cara tertentu. Anda bisa mengonsumsi obat-obatan untuk mengendalikan penyakit ini. Berikut merupakan obat penyakit gula atau kencing manis:

Obat diabetes tipe 1
Para diabetesi yang mengidap tipe 1, tubuh Anda menyerang sel yang memproduksi insulin sehingga kadar insulin yang dihasilkan tubuh berkurang. Sehingga, pada obat diabetes melitus tipe 1, pasien umumnya akan diberikan obat diabetes berupa insulin yang akan disuntikkan pada tubuh pasien setiap hari. Beberapa jenis insulin tersebut antara lain:

Insulin dengan aksi cepat. Insulin ini biasanya akan diberikan saat Anda hanya memiliki sedikit waktu untuk menyuntikkan insulin, seperti saat kadar gula melebihi target.
Insulin dengan aksi lambat. Kebalikan dari insulin dengan aksi cepat, insulin dengan aksi lambat biasa digunakan saat Anda memiliki waktu yang lebih lama dalam menyuntikkan insulin. Tapi dibandingkan dengan insulin aksi cepat, insulin aksi lambat lebih jarang digunakan.
Insulin dengan aksi intermediate. Meskipun lama waktu penyuntikkan insulin jenis ini relatif panjang, namun insulin aksi intermediate biasanya dikombinasikan dengan aksi yang lebih cepat, sehingga mampu memaksimalkan manfaat dari penyuntikkan.

Obat diabetes tipe 2
Pada kondisi ini, umumnya yang terjadi adalah tubuh Anda yang tidak mampu menggunakan insulin yang ada, sebagaimana mestinya. Sehingga, berbeda halnya dengan diabetes tipe 1 dan tipe 2 umumnya akan diberikan obat diabetes berupa kapsul yang diminum secara oral setiap hari, atau bahkan Anda mungkin hanya akan dianjurkan untuk memperbanyak kuantitas olahraga Anda.

Perubahan pola hidup seperti olahraga secara teratur dan menjalani diet khusus diabetes adalah pilihan utama dalam mengatasi diabetes. Bila ini saja tidak cukup, obat diabetes dapat membantu Anda.

Perlu dipertimbangkan juga, beberapa obat diabetes tipe 2 mampu memberi beberapa efek samping, seperti obat diabetes tipe 2 jenis metformin yang menyebabkan efek seperti kembung hingga diare. Namun efek samping ini tidak selalu muncul pada setiap orang. Diskusikan dengan dokter Anda bila Anda mengalami efek samping obat tersebut.

Untuk diabetes tipe 1 dan tipe 2, Anda perlu melakukan diet khusus untuk mengontrol gula darah. Anda harus makan camilan pada waktu yang sama setiap hari.

Penting juga untuk selalu memeriksa kadar gula darah Anda dengan glukometer dan melihat apa ada tanda-tanda tingkat gula darah Anda terlalu rendah atau terlalu tinggi. Dokter akan menjelaskan kepada Anda cara memberi injeksi insulin, sehingga Anda dapat menyuntikkan sendiri di rumah, biasanya 2-3 kali sehari.

Apa saja perubahan gaya hidup untuk membantu mengatasi kondisi ini?
makanan tinggi serat untuk diabetes

1. Menjaga pola makan dan asupan gizinya
Sebenarnya, makanan untuk diabetesi hampir sama dengan orang yang sehat-sehat saja. Bedanya, makanan Anda lebih diatur dari mereka. Pola makan teratur yang sehat setiap harinya hampir sama dengan terapi nutrisi medis.

Makan makanan sehat ini dimaksudkan untuk selalu mengonsumsi makanan bergizi, rendah lemak dan kalori sehingga bisa mengontrol kadar gula darah Anda. Seperti apa makanan yang harus dimakan??

Makanan yang terbuat dari biji-bijian utuh atau karbohidrat kompleks seperti nasi merah, kentang panggang, oatmeal, roti dan sereal dari biji-bijian utuh.
Ganti gula Anda dengan pemanis rendah kalori dan mengandung kromium untuk meningkatkan fungsi insulin dalam tubuh, sehingga bisa membantu mengontrol gula darah.
Daging tanpa lemak yang dikukus, direbus, dipanggang, dan dibakar.
Sayur-sayuran yang diproses dengan cara direbus, dikukus, dipanggang atau dikonsumsi mentah. Sayuran yang baik dikonsumsi untuk penderita, seperti brokoli dan bayam.
Buah-buahan segar. Jika Anda ingin menjadikannya jus, sebaiknya jangan ditambah gula.
Kacang-kacangan, termasuk kacang kedelai dalam bentuk tahu yang dikukus, dimasak untuk sup dan ditumis.
Produk olahan susu rendah lemak dan telur.
Ikan seperti tuna, salmon, sarden dan makarel.
Jika Anda menerapkan pola makan yang sehat, maka berat badan tetap ideal, kadar gula darah stabil, dan terhindar dari risiko penyakit jantung.

Tips mengatur pola makan  jika Anda menggunakan insulin

Suntikan insulin Anda.
Makanlah jumlah makanan yang sama setiap hari pada waktu yang hampir bersamaan.
Jangan melewatkan waktu makan, terutama jika Anda sudah menerima suntikan insulin. Jika Anda melewatkannya, kadar gula darah Anda akan turun.
Tips jika Anda tidak menggunakan insulin

Patuhi pola makan yang diberikan.
Jangan melewatkan waktu makan, terutama jika Anda mengonsumsi obat hipoglikemik oral (OHO) untuk kondisi ini. Jika Anda melewatkannya, kadar gula darah Anda akan turun.
Melewatkan waktu makanan bisa membuat Anda makan terlalu banyak pada jam berikutnya dan bisa menyebabkan kadar gula darah Anda turun.

2. Olahraga teratur
Manfaat olahraga teratur untuk diabetesi adalah membantu menjaga berat badan turun, insulin bisa lebih mudah menurunkan gula darah, membantu jantung dan paru-paru bekerja lebih baik dan memberi Anda lebih banyak energi.

Tidak usah yang terlalu berat Anda bisa mulai berjalan, berenang, bersepeda di dekat rumah Anda, beraktivitas membersihkan rumah, atau mulai hobi berkebun adalah ide bagus supaya Anda tetap aktif bergerak.

Cobalah berolahraga minimal tiga kali seminggu selama sekitar 30 sampai 45 menit. Jika Anda adalah tipe orang yang jarang olahraga, cobalah 5 sampai 10 menit pada awal olahraga, dari sini nanti Anda bisa meningkatkan waktunya.

Jika kadar gula darah Anda kurang dari 100-120, makanlah apel atau segelas susu sebelum Anda berolahraga. Saat Anda sedang berolahraga, bawalah makanan ringan agar gula darah Anda tidak turun.

Tips jika Anda menggunakan insulin

Berolahraga setelah makan, bukan sebelum makan.
Tes gula darah Anda sebelum, selama, dan sesudah olahraga. Jangan berolahraga bila kadar gula darah Anda rendah, kurang dari 70.
Hindari berolahraga sebelum tidur karena bisa menyebabkan gula darah Anda turun di malam hari.
Tips jika Anda tidak menggunakan insulin

Temui dokter Anda, jika Anda berniat untuk ikut kelas fitness atau program latihan olahraga.
Tes gula darah Anda sebelum dan sesudah berolahraga jika Anda mengonsumsi obat diabetes melitus. Pastikan Anda gula darah tidak lebih rendah dari 70.
3. Rajin cek gula darah Anda setiap hari
Kadar gula darah harus dipantau secara rutin. Ini adalah cara penting guna mengatasi serta menjaga kadar gula darah Anda tetap normal. Cek gula darah juga bisa memberikan informasi mengenai kadar glukosa darah Anda pada saat itu juga. Anda bisa menggunakan alat tes gula darah yang disebut glukometer. Dengan petunjuk pemakaian sebagai berikut:

Pastikan tangan Anda telah dicuci, masukkan kertas test strip ke alat ukur gula darah.
Perlahan, tusuk ujung jari dengan jarum steril hingga darah keluar
Bila darah yang keluar sedikit, perlahan pijat jari hingga darah keluar cukup
Pegang dan tahan ujung test strip sampai darah menetes pada test strip, dan tunggu hasilnya.
Kadar glukosa darah Anda akan muncul di layar alat
Kadar glukosa umumnya berbeda saat sebelum dan setelah Anda makan. Untuk tingkat gula darah normal sebelum makan, kadarnya sekitar 70-130 mg/dL. Kemudian, tingkat gula darah dua jam setelah makan seharusnya kurang dari 180 mg/dL dan menjelang tidur berkisar 100-140 mg/dL.

Jumlah kadar gula darah dapat menggambarkan kondisi kesehatan Anda. Kadar gula darah tinggi dianggap sebagai pertanda bahwa kondisi tubuh Anda sedang tidak sehat. Catat kadar gula darah setiap kali Anda memeriksa kadar gula darah.

4. Pastikan Anda selalu minum obat atau suntik insulin
Meskipun kondisi ini tidak bisa disembuhkan, pemeriksaan sejak dini bisa membuat kadar gula darah penderita penyakit gula bisa dikendalikan. Tujuan pengobatan suntik insulin adalah untuk mempertahankan keseimbangan kadar gula darah dan meminimalisasi risiko komplikasi.

Obat-obatan yang tepat untuk mengatasi Diabetes Tipe 2

Keseimbangan kadar gula darah pada diabetesi terkadang tidak bisa terjaga dengan baik hanya melalui penerapan pola makan sehat dan olahraga teratur. Anda juga mungkin membutuhkan obat-obatan untuk menanganinya.

Ada beberapa jenis obat (biasanya dalam bentuk tablet) yang dapat digunakan untuk kondisi ini (obat hipoglikemik oral). Anda juga mungkin diberikan kombinasi dari dua jenis obat atau lebih untuk mengendalikan kadar gula darah Anda. Obat yang biasa diberikan adalah metformin, sulfonilurea, pioglitazone, gliptin, agonis, acarbose, nateglinide dan repaglinide

Terapi insulin sebagai pendamping obat-obatan lain

Obat-obatan dalam bentuk tablet mungkin akan kurang efektif untuk mengobati penyakit gula atau kencing manis ini, sehingga Anda membutuhkan terapi insulin. Berdasarkan dosis dan cara pemakaiannya, terapi ini dapat diberikan untuk menggantikan atau diberikan bersamaan dengan obat-obatan seperti yang telah disebutkan di atas tadi.

Faktor Risiko Diabetes

Seseorang akan lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 jika memiliki faktor-faktor risiko, seperti:
Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 1.
Menderita infeksi virus.
Orang berkulit putih diduga lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 dibandingkan ras lain.
Bepergian ke daerah yang jauh dari khatulistiwa (ekuator).
Diabetes tipe 1 banyak terjadi pada usia 4-7 tahun dan 10-14 tahun, walaupun diabetes tipe 1 dapat muncul pada usia berapapun.
Sedangkan pada kasus diabetes tipe 2, seseorang akan lebih mudah mengalami kondisi ini jika memiliki faktor-faktor risiko, seperti:

Kelebihan berat badan.
Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 2.
Kurang aktif. Aktivitas fisik membantu mengontrol berat badan, membakar glukosa sebagai energi, dan membuat sel tubuh lebih sensitif terhadap insulin. Kurang aktif beraktivitas fisik menyebabkan seseorang lebih mudah terkena diabetes tipe 2.
Usia. Risiko terjadinya diabetes tipe 2 akan meningkat seiring bertambahnya usia.
Menderita tekanan darah tinggi (hipertensi).
Memiliki kadar kolesterol dan trigliserida abnormal. Seseorang yang memiliki kadar kolesterol baik atau HDL (high-density lipoportein) yang rendah dan kadar trigliserida yang tinggi lebih berisiko mengalami diabetes tipe 2.
Khusus pada wanita, ibu hamil yang menderita diabetes gestasional dapat lebih mudah mengalami diabetes tipe 2. Selain itu, wanita yang memiliki riwayat penyakit polycystic ovarian syndrome (PCOS) juga lebih mudah mengalami diabetes tipe 2

Diagnosis Diabetes
Gejala diabetes biasanya berkembang secara bertahap, kecuali diabetes tipe 1 yang gejalanya dapat muncul secara tiba-tiba. Dikarenakan diabetes seringkali tidak terdiagnosis pada awal kemunculannya, maka orang-orang yang berisiko terkena penyakit ini dianjurkan menjalani pemeriksaan rutin. Di antaranya adalah:
Orang yang berusia di atas 45 tahun.
Wanita yang pernah mengalami diabetes gestasional saat hamil.
Orang yang memiliki indeks massa tubuh (BMI) di atas 25.
Orang yang sudah didiagnosis menderita prediabetes.
Tes gula darah merupakan pemeriksaan yang mutlak akan dilakukan untuk mendiagnosis diabetes tipe 1 atau tipe 2. Hasil pengukuran gula darah akan menunjukkan apakah seseorang menderita diabetes atau tidak. Dokter akan merekomendasikan pasien untuk menjalani tes gula darah pada waktu dan dengan metode tertentu. Metode tes gula darah yang dapat dijalani oleh pasien, antara lain.

Tes gula darah sewaktu. Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pada jam tertentu secara acak. Tes ini tidak memerlukan pasien untuk berpuasa terlebih dahulu. Jika hasil tes gula darah sewaktu menunjukkan kadar gula 200 mg/dL atau lebih, pasien dapat didiagnosis menderita diabetes.
Tes gula darah puasa.  Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pada saat pasien berpuasa. Pasien akan diminta berpuasa terlebih dahulu selama 8 jam, kemudian menjalani pengambilan sampel darah untuk diukur kadar gula darahnya. Hasil tes gula darah puasa yang menunjukkan kadar gula darah kurang dari 100 mg/dL menunjukkan kadar gula darah normal. Hasil tes gula darah puasa di antara 100-125 mg/dL menunjukkan pasien menderita prediabetes. Sedangkan hasil tes gula darah puasa 126 mg/dL atau lebih menunjukkan pasien menderita diabetes.

Tes toleransi glukosa. Tes ini dilakukan dengan meminta pasien untuk berpuasa selama semalam terlebih dahulu. Pasien kemudian akan menjalani pengukuran tes gula darah puasa. Setelah tes tersebut dilakukan, pasien akan diminta meminum larutan gula khusus. Kemudian sampel gula darah akan diambil kembali setelah 2 jam minum larutan gula. Hasil tes toleransi glukosa di bawah 140 mg/dL menunjukkan kadar gula darah normal. Hasil tes tes toleransi glukosa dengan kadar gula antara 140-199 mg/dL menunjukkan kondisi prediabetes. Hasil tes toleransi glukosa dengan kadar gula 200 mg/dL atau lebih menunjukkan pasien menderita diabetes.

Tes HbA1C (glycated haemoglobin test). Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa rata-rata pasien selama 2-3 bulan ke belakang. Tes ini akan mengukur kadar gula darah yang terikat pada hemoglobin, yaitu protein yang berfungsi membawa oksigen dalam darah. Dalam tes HbA1C, pasien tidak perlu menjalani puasa terlebih dahulu. Hasil tes HbA1C di bawah 5,7 % merupakan kondisi normal. Hasil tes HbA1C di antara 5,7-6,4% menunjukkan pasien mengalami kondisi prediabetes. Hasil tes HbA1C di atas 6,5% menunjukkan pasien menderita diabetes.

Hasil dari tes gula darah akan diperiksa oleh dokter dan diinformasikan kepada pasien. Jika pasien didiagnosis menderita diabetes, dokter akan merencanakan langkah-langkah pengobatan yang akan dijalani. Khusus bagi pasien yang dicurigai menderita diabetes tipe 1, dokter akan merekomendasikan tes autoantibodi untuk memastikan apakah pasien memiliki antibodi yang merusak jaringan tubuh, termasuk pankreas.

Komplikasi Diabetes
Sejumlah komplikasi yang dapat muncul akibat diabetes tipe 1 dan 2 adalah:
Penyakit jantung
Stroke
Gagal ginjal kronis
Neuropati diabetik
Gangguan penglihatan
Depresi
Demensia
Gangguan pendengaran
Luka dan infeksi pada kaki yang sulit sembuh
Kerusakan kulit akibat infeksi bakteri dan jamur

Diabetes akibat kehamilan dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil dan bayi. Contoh komplikasi pada ibu hamil adalah preeklamsia. Sedangkan contoh komplikasi yang dapat muncul pada bayi adalah:
Kelebihan berat badan saat lahir.
Kelahiran prematur.
Gula darah rendah (hipoglikemia).
Keguguran.
Penyakit kuning.
Meningkatnya risiko menderita diabetes tipe 2 pada saat bayi sudah menjadi dewasa.

Penyakit Lepra (Hansen, Kusta) Sebab, Gejala dan Pengobatannya

Penyakit Hansen atau Penyakit Morbus Hansen yang dahulu dikenal sebagai penyakit kusta atau lepra adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang sebelumnya, diketahui hanya disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, hingga ditemukan bakteri Mycobacterium lepromatosis oleh Universitas Texas pada tahun 2008, yang menyebabkan endemik sejenis kusta di Meksiko dan Karibia, yang dikenal lebih khusus dengan sebutan diffuse lepromatous leprosy. Sedangkan bakteri Mycobacterium leprae ditemukan oleh seorang ilmuwan Norwegia bernama Gerhard Henrik Armauer Hansen pada tahun 1873 sebagai patogen yang menyebabkan penyakit yang telah lama dikenal sebagai lepra. Saat ini penyakit lepra lebih disebut sebagai penyakit Hansen, bukan hanya untuk menghargai jerih payah penemunya, melainkan juga karena kata leprosy dan leper mempunyai konotasi yang begitu negatif, sehingga penamaan yang netral lebih diterapkan untuk mengurangi stigma sosial yang tak seharusnya diderita oleh pasien kusta.

Apa penyebab penyakit kusta?
penyakit kulit psoriasis
Penyebab penyakit kusta adalah bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri tersebut ditularkan melalui kontak kulit yang lama dan erat dengan penderita. Anggapan lain menyebutkan bahwa penyakit ini juga bisa ditularkan melalui inhalasi alias menghirup udara, karena bakteri penyebab penyakit kusta dapat hidup beberapa hari dalam bentuk droplet (butiran air) di udara.
Bakteri penyebab penyakit kusta juga bisa ditularkan melalui kontak langsung dengan binatang tertentu seperti armadilo. Penyakit ini memerlukan waktu inkubasi yang cukup lama, antara 40 hari sampai 40 tahun, rata-rata membutuhkan 3-5 tahun setelah tertular sampai timbulnya gejala.
Sekitar 95 persen orang kebal terhadap bakteri penyebab penyakit kusta, dan hanya sekitar 5 persen yang dapat tertular bakteri tersebut. Dari 5 persen orang yang tertular bakteri penyebab penyakit kusta, sekitar 70 persennya sembuh sendiri, dan hanya 30 persen yang sakit kusta. Artinya, dari 100 orang yang terinfeksi bakteri ini, hanya 2 orang yang akan jatuh sakit.

Bagaimana penyakit kusta dapat terjadi?
Virus serang bakteri penyakit
Berikut beberapa tahapan perkembangan penyakit lepra yang perlu Anda simak dan ketahui:

1. Bakteri masuk ke dalam tubuh
Mula-mula bakteri penyebab kusta akan masuk ke dalam hidung dan kemudian organ pernapasan manusia. Setelah itu, bakteri akan berpindah ke jaringan saraf dan masuk ke dalam sel-sel saraf. Karena bakteri penyebab penyakit kusta suka dengan tempat yang bersuhu dingin, maka bakteri akan masuk ke sel saraf tepi dan sel saraf kulit yang memiliki suhu yang lebih dingin, misalnya saja di sekitar selangkangan atau kulit kepala.
Kemudian bakteri penyebab kusta akan menjadikan sel saraf sebagai ‘rumah’ dan mulai berkembang biak di dalamnya. Bakteri ini memerlukan waktu 12-14 hari untuk membelah diri menjadi dua. Biasanya sampai di tahap ini, seseorang yang terinfeksi belum memunculkan gejala kusta secara kasat mata.

2. Sistem kekebalan tubuh pun bereaksi
Seiring berjalannya waktu, bakteri penyebab penyakit kusta akan berkembang semakin banyak. Secara otomatis, sistem imun secara alami memperkuat pertahannya. Sel-sel darah putih yang menjadi pasukan pelindung utama tubuh pun diproduksi semakin banyak untuk menyerang bakteri penyebab penyakit kusta.
Saat sistem kekebalan tubuh sudah menyerang bakteri, barulah timbul gejala kusta yang dapat dilihat pada tubuh, seperti munculnya bercak-bercak putih pada kulit. Pada tahap ini, gejala kusta seperti mati rasa sudah mulai muncul. Jika gejala kusta yang satu ini tidak segera ditangani, maka bakteri dengan cepat akan menimbulkan berbagai gangguan lain di tubuh.Perkembangan penyakit ini tergantung seberapa kuat sistem kekebalan tubuh Anda
kusta dapat disembuhkan2
Bakteri penyebab penyakit lepra memang secara otomatis diserang oleh sistem kekebalan tubuh manusia. Namun, sistem kekebalan tubuh tiap orang berbeda-beda. Ketika seseorang memiliki sistem kekebalan tubuh yang kuat, maka bakteri mungkin tidak akan menyebabkan gejala yang terlalu parah.
Meski begitu, bakteri penyebab penyakit lepra tetap menimbulkan kerusakan di jaringan kulit dan menyebabkan mati rasa.
Sementara, pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, mungkin akan lebih rentan untuk mengalami infeksi kulit. Biasanya, kondisi ini akan menyebabkan infeksi kulit bagian saraf, mata, ginjal, otot, hingga pembuluh darah.

Apa saja tanda dan gejala kusta?
penularan kusta
Penyakit ini terdiri dari dua jenis, yaitu kusta kering atau pausi basiler (PB) dan kusta basah atau multi basiler (MB). Munculnya bercak putih seperti panu biasanya merupakan gejala kusta kering. Sedangkan gejala kusta basah lebih mirip kadas, yaitu bercak kemerahan dan disertai penebalan pada kulit.
Gejala kusta yang paling mendasar lainnya adalah mati rasa atau baal. Kondisi ini menyebabkan penderitanya tidak bisa merasakan perubahan suhu sehingga kehilangan sensasi sentuhan dan rasa sakit pada kulit. Nah, hal tersebutlah yang menyebabkan penderita rentan mengalami kecacatan karena saraf mereka rusak, sehingga mereka tidak merasakan sakit meskipun jari mereka putus.

Selain yang sudah disebutkan tadi, beberapa tanda dan gejala kusta yang harus diwaspadai adalah:
Kulit kering, dan pada daerah yang sebelumnya ditumbuhi rambut atau bulu bisa rontok
Bulu mata yang rontok
Kelemahan atau kelumpuhan otot
Perubahan bentuk wajah
Mutilasi, rasa baal menyebabkan penderita tidak menyadari adanya luka, sehingga bisa menimbulkan luka yang tidak diobati, borok
Ginekomastia (payudara yang tumbuh membesar pada pria), akibat gangguan keseimbangan hormon
Penurunan berat badan
Pembesaran saraf tepi, biasanya di sekitar siku dan lutut
Lepuh atau ruam
Muncul bisul tapi tidak sakit
Hidung tersumbat atau mimisan
Muncul luka tapi tidak terasa sakit
Tanda dan gejala kusta sering kali menyerupai penyakit lain, dan terkadang menyebabkan terlambatnya diagnosis, oleh sebab itu penyakit disebut juga sebagai the great immitator. Beberapa penyakit yang mirip dengan kusta adalah vitiligo, ptiriasis versikolor, ptiriasis alba, tinea korporis, dan masih banyak lagi.

Apa yang saya harus lakukan jika menemukan tanda dan gejala kusta?
pergi ke dokter kandungan
Segera konsultasikan dengan dokter Anda jika menemukan gejala di atas, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis. Berikut beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan:

Pemeriksaan bakterioskopik dibuat dari kerokan jaringan kulit di beberapa tempat, diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat adanya bakteri M. Lepra.
Pemeriksaan histopatologis bertujuan untuk melihat perubahan jaringan dikarenakan infeksi.
Pemeriksaan serologis didasarkan atas terbentuknya antibodi pada tubuh seseorang akibat infeksi.
Untuk dapat menegakkan diagnosis, dokter biasanya mencari 3 tanda utama (cardinal signs) dari lepra: kelainan kulit yang mati rasa, penebalan saraf tepi, dan hasil pemeriksaan bakterioskopik yang hasilnya positif.

Bagaimana cara mengobati infeksi kulit ini?
Lepra sering dianggap penyakit yang menakutkan. Padahal seiring kemajuan dunia medis, kusta adalah penyakit yang mudah diobati. Ironisnya, hingga saat ini beberapa daerah di Indonesia masih dianggap sebagai kawasan endemik kusta oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.
Tujuan utama pengobatan kusta adalah untuk memutuskan mata rantai penularan, menurunkan angka kejadian penyakit, mengobati dan menyembuhkan pasien, serta mencegah kecacatan. Untuk mencapai kesembuhan dan mencegah resistensi, obat kusta akan menggunakan kombinasi beberapa antibiotik yang disebut dengan multi drug treatment (MDT).

Kombinasi obat kusta yang biasanya digunakan dalam terapi MDT terdiri dari dapsone, rifampicin, clofazamine, lamprene, ofloxacin, dan/ atau minocycline. Variasi antibiotik ini bekerja menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri M. Leprae. Selain itu, kebanyakan obat kusta juga bersifat antiradang. Menggunakan antibiotik secara bersamaan dalam satu waktu juga ditujukan agar bakteri tidak kebal terhadap obat-obat yang diberikan sehingga penyakit ini juga akan cepat disembuhkan.

Dokter akan menentukan jumlah, jenis, dan dosis obatnya sesuai dengan jenis lepra yang Anda miliki. Jenis lepra juga akan memengaruhi lamanya pengobatan. Obat kusta harus diminum rutin, umumnya dalam waktu 6 bulan sampai 1-2 tahun.
Berkat MDT, total kasus penyakit lepra di dunia dalam 20 tahun terakhir merosot tajam hingga 90 persen. Hampir 16 juta pasien dengan penyakit ini telah sembuh total setelah menjalani pengobatan dengan antibiotik yang diresepkan dokter.

Petingnya minum obat kusta secara teratur
minum obat kusta
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, orang yang telah terdiagnosis dengan penyakit ini biasanya akan diberikan kombinasi antibiotik sebagai langkah pengobatan selama enam bulan sampai dua tahun.
Tidak disiplin minum obat membuat bakteri penyebab penyakit kusta menjadi lebih kuat dan kebal terhadap pengobatan yang sekarang dan selanjutnya. Akibatnya, gejala kusta yang Anda alami bisa semakin parah karena bakteri terus berkembang biak dalam tubuh.
Sering lupa atau justru menghentikan minum obat juga merisikokan penularan kusta ke orang lain. Tak hanya membuat kondisi semakin buruk, bakteri yang semakin kuat tersebut dapat dengan mudah berpindah dan menginfeksi tubuh orang lain. Bisa saja, orang-orang terdekat Anda tertular penyakit ini di kemudian hari bila Anda tidak rutin minum obat kusta.
Selain rutin minum obat kusta sesuai yang diresepkan dokter, pembedahan juga dapat dilakukan sebagai terapi lanjutan untuk menormalkan fungsi saraf yang rusak. Pembedahan juga dilakukan untuk memperbaiki bentuk tubuh penderita yang cacat dan mengembalikan fungsi anggota tubuh.

Apa yang terjadi jika penyakit ini tidak diobati?
Kusta adalah penyakit yang bisa disembuhkan. Dengan catatan pasien melakukan pengobatan secara rutin dan tuntas. Lepra yang terlambat dideteksi atau terlambat diobati bisa menyebabkan kecacatan pada penderita, baik yang sementara, maupun yang selamanya.

Pemerintah Indonesia telah menggratiskan pengobatan untuk penyakit ini.  Jadi apa alasan Anda untuk tidak berobat?

Jenis cacat kusta yang perlu Anda waspadai
penyakit kusta merusak tubuh manusia

Berdasarkan Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Nasional, cacat akibat penyakit ini terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Cacat primer
Cacat primer adalah jenis cacat yang disebabkan langsung oleh infeksi bakteri M. leprae dalam tubuh. Cacat jenis ini menyebabkan penderitanya mengalami mata rasa, kulit kering dan bersisik serta claw hand alias tangan dan jari-jari membengkok.

Pada cacat primer, kemunculan bercak kulit yang mirip panu biasanya terjadi secara cepat dalam waktu yang relatif singkat. Bercak ini lama-lama menjadi meradang, membengkak, dan disertai dengan gejala demam. Selain itu, bisul yang muncul sebagai salah satu tanda dari gejala lepra bisa pecah dan berkembang menjadi borok. Kelemahan otot dan sensasi kulit mati rasa (kebas/ baal) biasanya terjadi dalam kurun waktu enam bulan terakhir semenjak paparan infeksi awal.

Bila Anda mengalami gejala-gejala di atas, segera periksa ke dokter untuk mendapatkan perawatan terbaik.

2. Cacat sekunder
Cacat sekunder adalah perkembangan dari cacat primer, terutama yang diakibatkan oleh kerusakan saraf. Kerusakan saraf ini dapat menyebabkan bisul ulkus (luka terbuka di kulit alias borok) dan keterbatasan gerak sendi. Hal ini terjadi sebagai akibat kerusakan fungsional pada persendian dan jaringan lunak di sekitar area yang terinfeksi.

Kecacatan pada tahap ini terjadi melalui dua proses, yaitu:

Adanya aliran langsung bakteri M.leprae ke susunan saraf tepi dan organ tertentu
Melalui reaksi lepra
Jika bakteri sudah masuk ke dalam saraf, maka fungsi saraf lambat laun akan berkurang bahkan hilang. Secara umum, saraf berfungsi sebagai sensorik, motorik, dan otonom. Kelainan yang terjadi akibat infeksi kulit satu ini bisa menimbulkan gangguan pada masing-masing saraf atau kombinasi di antara ketiganya. Berikut beberapa gangguan atau kelainan pada masing-masing saraf akibat penyakit lepra:
Gangguan saraf motorik. Saraf motorik berfungsi memberikan kekuatan pada otot. Gangguan atau kelainan pada saraf motorik bisa berupa kelumpuhan pada tangan dan kaki, jari-jari tangan maupun kaki membengkok, serta mata tidak bisa berkedip. Jika infeksi terjadi pada bagian mata, maka penderita bisa mengalami kebutaan.
Gangguan saraf sensorik. Saraf fungsi sensorik bertugas untuk memberi sensasi dalam meraba, merasakan nyeri, dan merasakan suhu. Gangguan pada saraf sensorik dapat mengakibatkan tangan dan kaki mati rasa serta refleks kedip berkurang.
Gangguan saraf otonom. Saraf otonom bertanggung jawab atas kelenjar keringat dan minyak di dalam tubuh. Gangguan pada bagian saraf ini mengakibatkan kekeringan dan keretakan pada kulit akibat adanya kerusakan pada kelenjar minyak dan aliran darah.
Tingkat keparahan cacat kusta
Selain dibedakan berdasarkan jenisnya, penyakit ini juga bisa dibedakan dari tingkat keparahan cacat yang terjadi. Tiap organ yang terpengaruh infeksi penyakit ini (umumnya mata, tangan, dan kaki) ada tingkat cacatnya tersendiri.

Adapun tingkat cacat penyakit lepra menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) yaitu:
Tingkat 0. Pada tingkat ini organ seperti mata, tangan, dan kaki masih berfungsi secara normal karena belum/ tidak mengalami kelainan apa pun.
Tingkat 1. Kerusakan pada kornea mata umumnya sudah terjadi. Umumnya sudah terjadi gangguan ketajaman penglihatan tetapi tidak dalam tahap yang parah.  Penderita masih dapat melihat sesuatu dari jarak 6 meter. Kelemahan otot dan mati rasa pada tangan dan kaki sudah mulai terasa.
Tingkat 2. Pada tingkat ini kelopak mata tidak dapat menutup dengan sempurna. Penglihatan sudah sangat terganggu karena biasanya pasien dengan tingkatan ini tidak lagi mampu melihat sesuatu dari jarak 6 meter atau lebih. Kemudian terjadi juga kecacatan pada tangan dan kaki seperti luka terbuka dan jari membengkok permanen.

Polio Penyakit Berbahaya Yang di Takuti Dunia

Poliomielitis atau polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh poliovirus. Di sekitar 0,5% dari kasus polio terdapat kelemahan otot yang mengakibatkan kelumpuhan. Hal ini dapat terjadi selama beberapa jam sampai beberapa hari. Kelemahan paling sering terjadi pada kaki tetapi kadang-kadang terjadi pada otot-otot kepala, leher dan diafragma. Banyak tapi tidak semua orang sepenuhnya pulih. Pada penderita polio dengan kelemahan otot sekitar 2% sampai 5% dari anak-anak dan 15% sampai 30% dari orang dewasa mati. 25% lainnya mengalami gejala ringan seperti demam dan sakit tenggorokan dan hingga 5% mengalami sakit kepala, leher kaku dan nyeri di lengan dan kaki. Orang-orang ini biasanya kembali normal dalam waktu satu atau dua minggu. Dalam hingga 70% dari infeksi tidak terjadi gejala. Beberapa tahun setelah sembuh sindrom pasca-polio dapat terjadi, dengan perkembangan kelemahan otot yang lambat, sama dengan yang dialami selama infeksi awal.

Gejala Penyakit Polio
Kebanyakan penderita polio tidak akan mengetahui bahwa dirinya sedang mengalami penyakit tersebut. Kenapa? Penyakit polio terkadang tidak memberikan gejala awal pada penderita sehingga dirinya merasa kalau dirinya sehat bahkan ada yang tidak menimbulkan gejala sama sekali. Meskipun begitu, tetap saja terdapat gejala umum yang biasanya menjadi pertanda seseorang menderita polio, di antaranya:
- Kesulitan untuk bernapas atau menelan
- Kesulitan untuk berkonsentrasi
- Kesulitan untuk mengingat sesuatu
- Otot dan persendian melemah dan terasa sakit
- Depresi dan suasana hati akan mudah berubah
- Kesulitan untuk tidur
- Mudah lelah
- Massa otot menurun
- Panas tinggi yang mencapai 38 derajat celcius
- Kaki akan bengkok dan mengecil
- Penderita polio biasanya kebanyakan anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi polio sebelumnya

Kebanyakan penderita polio tidak menyadari bahwa diri mereka terinfeksi karena virus polio pada awalnya hanya menimbulkan sedikit gejala atau bahkan tidak sama sekali.
Penderita polio dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu polio non-paralisis, polio paralisis, dan sindrom pasca-polio.

Polio non-paralisis
Polio non-paralisis adalah tipe polio yang tidak menyebabkan kelumpuhan. Gejalanya tergolong ringan. Berikut ini adalah gejala polio non-paralisis yang umumnya berlangsung antara satu hingga sepuluh hari.
Muntah
Lemah otot
Demam
Meningitis
Merasa letih
Sakit tenggorokan
Sakit kepala
Kaki, tangan, leher, dan punggung terasa kaku dan sakit

Polio paralisis
Polio paralisis adalah tipe polio yang paling parah dan dapat menyebabkan kelumpuhan. Polio paralisis bisa dibagi berdasarkan bagian tubuh yang terjangkit, seperti batang otak, saraf tulang belakang, atau keduanya.
Gejala awal polio paralisis sering kali sama dengan polio non-paralisis, seperti sakit kepala dan demam. Gejala polio paralisis biasanya terjadi dalam jangka waktu sepekan, di antaranya adalah sakit atau lemah otot yang serius, kaki dan lengan terasa terkulai atau lemah, dan kehilangan refleks tubuh.
Beberapa penderita polio paralisis bisa mengalami kelumpuhan dengan sangat cepat atau bahkan dalam hitungan jam saja setelah terinfeksi dan kadang-kadang kelumpuhan hanya terjadi pada salah satu sisi tubuh. Saluran pernapasan mungkin bisa terhambat atau tidak berfungsi, sehingga membutuhkan penanganan medis darurat.

Sindrom pasca-polio
Sindrom pasca-polio biasanya menimpa orang-orang yang rata-rata 30-40 tahun sebelumnya pernah menderita penyakit polio. Gejala yang sering terjadi di antaranya:
Sulit bernapas atau menelan.
Sulit berkonsentrasi atau mengingat.
Persendian atau otot makin lemah dan terasa sakit.
Kelainan bentuk kaki atau pergelangan.
Depresi atau mudah berubah suasana hati.
Gangguan tidur dengan disertai kesulitan bernapas.
Mudah lelah.
Massa otot tubuh menurun (atrophia).
Tidak kuat menahan suhu dingin.

Penyebab Polio
Penyakit polio disebabkan oleh polio virus yang umumnya masuk melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan tinja yang mengandung virus tersebut. Sama halnya seperti cacar, polio hanya menjangkiti manusia. Dalam tubuh manusia, virus polio menjangkiti tenggorokan dan usus. Selain melalui kotoran, virus polio juga bisa menyebar melalui tetesan cairan yang keluar saat penderitanya batuk atau bersin. Dalam beberapa kondisi, infeksi virus ini dapat menyebar ke aliran darah dan menyerang sistem saraf.
Imunisasi atau pemberian vaksin polio dapat meminimalisasi terjangkit virus polio. Anak-anak, wanita hamil dan orang yang sistem kekebalan tubuhnya lemah, sangat rentan terkena virus polio jika di daerah mereka tidak mengikuti program imunisasi atau tidak memiliki sistem sanitasi yang bersih dan baik.
Orang-orang yang belum divaksinasi akan memiliki tingkat risiko terjangkit polio yang tinggi jika melakukan atau mengalami hal-hal seperti berikut ini.

Tinggal serumah dengan penderita polio.
Sistem kekebalan tubuh yang menurun.
Bepergian ke daerah di mana polio masih kerap terjadi.
Telah melakukan operasi pengangkatan amandel.
Diagnosis dan Pengobatan Polio
Diagnosis awal polio dapat dilakukan dengan menanyakan gejala yang dialami pasien, apakah telah diberikan vaksin polio sebelumnya atau melakukan kontak dengan penderita polio, dan melalui pemeriksaan fisik. Pemeriksaan sampel cairan serebrospinal, tinja, atau lendir akan dilakukan untuk memastikan hasil diagnosis.
Belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan polio jika virus polio sudah menjangkiti seseorang. Namun ada beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai perawatan pendukung untuk mencegah komplikasi dan membuat penderita merasa lebih nyaman, seperti terapi fisik untuk mencegah hilangnya fungsi otot, obat pereda nyeri, pola makan yang bernutrisi, istirahat yang cukup, dan alat bantu pernapasan jika diperlukan. Lamanya pengobatan tergantung dari tingkat keparahan infeksi virus yang masuk dan menyerang tubuh.

Komplikasi Polio
Kecacatan, kelainan bentuk kaki dan pinggul, serta kelumpuhan sementara atau permanen dapat terjadi akibat polio paralisis. Walaupun operasi dan terapi fisik bisa dilakukan untuk mengatasi kelainan bentuk pada persendian, tindakan ini tidak disarankan bagi penderita yang berada di lingkungan polio aktif karena dapat mengakibatkan potensi disabilitas seumur hidup.

Pencegahan Polio
Meskipun telah dinyatakan sebagai negara bebas polio oleh WHO, tidak menutup kemungkinan bahwa virus ini masih bisa muncul kembali di Indonesia. Hal ini dapat terjadi apabila orang yang terjangkit polio dari negara lain memasuki Indonesia, dan menularkan virus ini kepada orang lainnya.
Maka dari itu, langkah pencegahan melalui vaksinasi masih sangat penting dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit polio seumur hidup, terutama pada anak-anak.
Anak-anak harus diberikan empat dosis vaksin polio tidak aktif, yaitu pada saat mereka berusia 2 bulan, 4 bulan, antara 6 – 18 bulan, dan yang terakhir adalah pada usia antara 4 - 6 tahun.
Vaksin polio dengan virus tidak aktif memiliki kemungkinan mendekati 100 persen untuk secara efektif mencegah polio setelah tiga kali penyuntikan, dan aman bagi orang yang sistem kekebalan tubuhnya lemah. Efek samping yang umumnya terjadi setelah pemberian suntikan adalah rasa sakit dan kemerahan pada titik penyuntikan.

Orang dewasa yang harus mendapatkan serangkaian vaksin polio adalah mereka yang belum pernah divaksinasi atau status vaksinasinya tidak jelas.
Dosis vaksinasi polio pada orang dewasa adalah dua dosis pertama dengan jarak waktu antara 4-8 bulan, dan dosis ketiga antara 6-12 bulan setelah pemberian dosis kedua. Selain itu, vaksinasi pada orang dewasa juga dapat dilakukan jika akan berpergian ke negara dengan kasus polio aktif atau berinteraksi dengan penderita polio.
Sebagian orang yang diberikan vaksin polio bisa mengalami alergi. Reaksi alergi yang mungkin terjadi dan biasanya muncul setelah beberapa menit hingga beberapa jam adalah pusing, lemas, tenggorokan bengkak, sulit bernapas, pucat, serak, biduran, dan jantung berdetak kencang. Segera temui dokter jika mengalami gejala alergi setelah suntikan.


Penyakit Campak (Rubeola) Dan Segala Penjelasannya

Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramixovirus.
Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya biasanya dia akan kebal terhadap penyakit ini.

Campak adalah infeksi virus yang ditandai dengan munculnya ruam di seluruh tubuh dan sangat menular. Campak bisa sangat mengganggu dan mengarah pada komplikasi yang lebih serius. Gejala campak mulai muncul sekitar satu hingga dua minggu setelah virus masuk ke dalam tubuh. Gejala tersebut di antaranya adalah:

Mata merah.
Mata menjadi sensitif terhadap cahaya.
Tanda-tanda seperti pilek (misalnya radang tenggorokan, hidung beringus, atau hidung tersumbat).
Demam.
Bercak putih keabu-abuan pada mulut dan tenggorokan.
Campak-Alodokter
Bercak atau ruam berwarna merah-kecokelatan akan muncul di kulit setelah beberapa hari kemudian. Urutan kemunculan bercak ini dari belakang telinga, sekitar kepala, kemudian ke leher. Pada akhirnya ruam akan menyebar ke seluruh tubuh. Selain itu, penderita juga berpotensi mengalami pembengkakan pada kelenjar getah bening di leher.
Sebaiknya Anda segera menghubungi dokter, klinik, atau rumah sakit terdekat jika mencurigai Anda atau anak Anda menderita campak. Diagnosis campak bisa dilakukan dengan melihat gejala-gejala yang muncul. Tapi untuk memastikan diagnosis campak, sampel air liur dan darah diambil untuk tes.
Penyakit ini disebut juga rubeola atau campak merah. Telah tersedia vaksin untuk mencegah penyakit ini. Vaksin untuk campak termasuk dalam bagian dari vaksin MMR (campak, gondongan, campak Jerman).

Penyebaran Virus Campak
Bagi penderita campak, virus campak ada di dalam percikan cairan yang dikeluarkan saat mereka bersin dan batuk. Virus campak akan menulari siapa pun yang menghirup percikan cairan ini.
Virus campak bisa bertahan di permukaan selama beberapa jam dam bisa bertahan menempel pada benda-benda lain. Saat kita menyentuh benda yang sudah terkena percikan virus campak lalu menempelkan tangan ke hidung atau mulut, kita bisa ikut terinfeksi.
Campak lebih sering menimpa balita. Tapi pada dasarnya semua orang bisa terinfeksi virus ini, terutama yang belum pernah terkena campak atau yang belum mendapat vaksinasi campak.

Pengobatan Campak
Sistem kekebalan tubuh manusia secara alami akan melawan infeksi virus ini. Tapi jika komplikasi terjadi atau infeksi campak menjadi sangat parah, perawatan di rumah sakit kemungkinan akan dibutuhkan.

Untuk mempercepat proses pemulihan, terdapat beberapa hal yang bisa membantu:
Minum banyak air untuk mencegah dehidrasi.
Banyak istirahat dan hindari sinar matahari selama mata masih sensitif terhadap cahaya.
Minum obat penurun demam dan pereda sakit. Jangan berikan aspirin jika anak Anda berusia kurang dari 16 tahun.
Komplikasi Campak
Komplikasi dari campak bisa sangat berbahaya. Meski jumlah penderita komplikasi campak cukup sedikit, penyakit ini harus tetap diwaspadai. Contoh-contoh komplikasinya adalah radang pada telinga, bronkitis, infeksi paru-paru (pneumonia), dan infeksi otak (ensefalitis).


Tahapan perkembangan campak pada tubuh manusia
Selama 2-3 minggu, virus rubeola mulai menyerang tubuh dengan tahapan sebagai berikut:

1. Infeksi pertama
Pada 10-14 hari pertama setelah terinveksi virus, rubeola akan menetap pada tubuh. Di tahapan ini, tubuh kita belum menunjukkan gejala apapun.
2. Tahap medium
Campak mulai menunjukkan gejala tak pasti pada penderitanya. Dimulai dengan ringan sampai demam sedang.
Sering disertai dengan batuk terus-menerus, pilek, mata merah meradang (konjungtivitis) dan sakit tenggorokan. Gejala tersebut masih dalam level yang relatif ringan. Hal ini bisa berlangsung selama dua atau tiga hari.
3. Infeksi mulai dalam tahap akut
Mulai muncul ruam yang terdiri dari bintik-bintik merah kecil yang menyebar ke permukaan kulit. Kulit pertama yang diserang adalah wajah. Kemudian mulai menjalar ke belakang telinga dan di sepanjang garis rambut.
Selama beberapa hari ke depan, ruam menyebar ke bawah lengan dan seluruh tangan. Kemudian di atas paha, kaki dan kaki bagian bawah.
Pada saat yang sama, demam mulai meningkat sampai 40-41ÂșC. Ruam campak dapat secara bertahap surut, memudar pertama dari wajah dan terakhir dari paha dan kaki.
4. Penularan
Seseorang yang memiliki campak dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain mulai drai 4 hari sebelum ruam muncul sampai 4 hari setelahnya. Ketika seseorang dengan campak sedang batuk, orang disekitarnya punya potensi menular lebih tinggi.
Virus jenis paramyxovirus ini akan lebih cepat menyebar melalui udara yang dihirup hidung, kontak jari-jari dengan mata maupun mulut, dan media lainnya.

Orang yang memiliki risiko tinggi terkena campak:
Bayi di bawah usia 1 tahun
Orang yang tidak pernah mendapatkan vaksin campak
Orang yang berpergian kemana-mana
Orang yang kekurangan vitamin A
Orang yang menerima immunoglobulin bersamaan dengan pemberian vaksin campak.
Cara mendeteksi adanya virus campak
Setelah gejala yang disebutkan di atas telah muncul, segeralah konsultasi ke dokter. Dokter akan melakukan tes darah yang akan memastikan apakah seseorang positif mengidap campak atau tidak.

Jika dokter sudah yakin bahwa pasien memang terkena campak, maka pemberian obat dan perawtan yang akan dapat menyembuhkan campak dalam waktu 72 jam. Jika campak tidak memiliki komplikasi, maka campak akan dapat disembuhkan tanpa risiko tertentu.

Pengobatan
1. Penurun panas
Untuk anak-anak, obat-obatan seperti acetaminophen (Tylenol), ibuprofen (Advil, Motrin atau lainnya). Naproxen (Aleve) juga dapat digunakan untuk membantu meringankan demam yang menyertai campak.
Jangan memberikan aspirin pada anak yang menderita campak atau pun dengan penyakit  yang disebabkan oleh virus lainnya, karena dapat mengakibatkan Reye syndrome.

2. Antibiotik
Untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri, dokter akan memberikan resep obat berupa antibiotik. Ingat, jangan memberikan anak antibiotik jika infeksinya hanya disebabkan oleh virus.
Baca: Jangan Minum Antibiotik untuk Penyakit yang disebabkan oleh Virus

3. Vitamin A
Orang yang terkena virus campak biasanya kekurangan vitamin A. Pemberian vitamin A ini akan mencegah pasien campak dari komplikasi kebutaan yang menyerangnya.

Komplikasi yang terjadi pada tubuh yang terkena virus campak
1. Infeksi telinga
Salah satu komplikasi yang paling umum dari campak adalah infeksi telinga oleh bakteri.
2. Bronkitis
Radang tenggorokan atau batuk. Campak dapat menyebabkan peradangan kotak suara Anda (laring) atau peradangan pada dinding bagian yang melapisi lorong udara utama paru-paru Anda (bronchial tubes).
3. Pneumonia
Pneumonia adalah komplikasi umum dari campak. Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah dapat mengembangkan pneumonia yang kadang bisa berakibat fatal.
4. Radang otak (Ensefalitis)
Sekitar 1 dari 1.000 orang dengan campak mengembangkan ensefalitis, radang otak yang dapat menyebabkan muntah, kejang, , bahkan koma atau kematian.
5. Masalah kehamilan
Jika Anda sedang hamil, Anda perlu berhati-hati untuk menghindari campak karena penyakit ini dapat menyebabkan keguguran, persalinan prmatur atau berat badan lahir rendah.
6. Jumlah trombosit yang rendah (trombositopenia)
Campak dapat menyebabkan penurunan trombosit – jenis sel darah yang penting untuk pembekuan darah.
7. Pandangan berkurang/kebutaan
Kekurangan vitamin A ditambah campak akan menyebabkan pandangan mata berkurang, bahkan dapat mengakibatkan kebutaan.
8. Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE)
Kondisi ini adalah degeneratif yang sangat langka dari otak dan sumsum tulang belakang (sistem saraf pusat). Hal ini diyakini disebabkan oleh infeksi kronis pada sistem saraf pusat dengan virus campak.
Biasanya, gejala dimulai bertahun-tahun setelah pasien memiliki penyakit campak. Rata-rata dampak tersebut akan terlihat pada tujuh tahun, rentang satu bulan sampai 27 tahun.
Pasien juga akan memiliki keterlambatan dan berkurangnya fungsi otak, kejang-kejang, dan beberapa dapat menyebabkan kematian. Sayangnya, tidak ada pengobatan yang diketahui untuk SSPE.

Daftar kondisi yang tidak boleh menerima vaksin campak
Tak semua orang dapat menerima vaksin campak. Berikut kondisi yang tidak diperbolehkan menerima vaksin:

1. Alergi vaksin
Orang-orang yang telah menderita reaksi alergi yang parah baik vaksin campak atau komponennya (gelatin atau neomycin) seharusnya tidak menerima vaksin.
2. Wanita hamil
Wanita yang sedang hamil tidak boleh menerima vaksin. Bahkan, wanita harus mencegah terjadinya kehamilan selama empat minggu setelah vaksinasi.
3. Pasien Immunocompromised berat
Pasien kanker atau pasien yang menerima dosis besar kortikosteroid seharusnya tidak menerima vaksin. Namun, pasien leukemia yang telah di remisi selama tiga bulan dapat menerima vaksin tersebut.
4. Pasien Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Pasien HIV tidak diperbolehkan menerima vaksin campak. Jikapun tetap diberikan, harus melalui pedoman yang dirancang khusus untuk pasien HIV yang mengacu pada jumlah T-limfosit CD4 +.
5. Orang dengan penyakit yang berat
Orang dengan penyakit akut berat harus menunggu sampai penyakit mereka sembuh sebelum menerima vaksin campak.
6. Pasien yang trombositnya rendah

Penggunaan vaksin pada pasien dengan riwayat thrombocytopenic purpura atau trombositopenia (trombosit rendah) dapat memperparah defisit trombosit. Dalam beberapa kasus, imunisasi bisa diberikan sesuai dengan keadaan pasien berdasarkan petunjuk dokter.
Jika ada anggota keluarga yang terkena virus campak, segera lakukan tindakan pencegahan dini. Cara isolasi dapat menjadi pilihan sementara agar virus tak menulari anggota keluarga yang lain.
Jangan lupa untuk melakukan vaksin pada bayi sebelum usianya 1 tahun. Tanyakan ke dokter apakah Anda maupun anggota keluarga sedang mengalami keadaan di mana seseorang harus divaksin ulang agar daya tahan tubuh cukup kuat untuk menghalau virus.




Penjelasan Sakit Cacar

Cacar air atau Varicella simplex adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus varicella-zoster. Penyakit ini disebarkan secara aerogen.

Gejala
Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi.
Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang.

Penyakit cacar air umumnya sudah umum menyerang masyarakat tanpa pandang bulu dan usia. Nah, ada satu cacar yang biasa menyerang seseorang yang pernah terkena cacar air. Penyakit ini dinamakan herpes zoster. Di Indonesia, biasanya orang-orang menyebut penyakit ini dengan nama penyakit dompo atau cacar ular, dan penularannya dari orang ke orang tergolong cukup cepat. Pada kulit, virus ini awalnya akan menimbulkan bercak kemerahan dengan rasa gatal. Yuk, simak penjelasan selengkapnya tentang herpes zoster.

Cacar air kini pada sebagian besar penderitanya hanya merupakan penyakit ringan, setelah digalakkan program vaksinasi cacar air sekitar pertengahan tahun 1990-an.  Kendati demikian, cacar air tetap dapat menimbulkan komplikasi yang lebih serius pada penderita yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, misalnya penderita HIV/AIDS.
Meski orang dewasa juga dapat terinfeksi virus ini, cacar air lebih banyak dialami oleh anak-anak, yaitu mereka yang berusia di bawah 12 tahun. Penyakit ini mudah dan cepat sekali menular, yaitu melalui percikan ludah atau dahak melalui udara, serta kontak langsung dengan ludah, dahak, atau cairan yang berasal dari ruam.
Pengobatan cacar air bertujuan untuk mengurangi keparahan gejala yang dialami oleh pasien, dengan atau tanpa bantuan obat.
Sebagai upaya pencegahan penyakit cacar air dan komplikasinya, dianjurkan untuk melakukan vaksinasi cacar air. Di Indonesia sendiri, vaksinasi cacar air tidak termasuk dalam daftar  imunisasi rutin lengkap, tapi vaksinasi cacar air tetap dianjurkan untuk diberikan.

Apa itu herpes zoster?
Herpes zoster merupakan penyakit kulit menular yang diakibatkan oleh virus Varicella zoster. Umumnya, manusia yang sudah tertular penyakit ini akan memilikinya seumur hidup, namun gejalanya hanya akan muncul di saat kekebalan tubuh sedang menurun.
Ketika seseorang terkena cacar air dan telah dalam kondisi sembuh atau baik, jika kekebalan tubuhnya menurun lagi, virus cacar air yang sebelumnya mati akan menjadi hidup kembali. Virus ini akan menyebar ke saraf tepi menuju kulit, dengan wujud berupa bintil merah berisi air dengan rasa panas dan gatal. Daerah yang paling umum terkena adalah lengan, dada dan muka. Virus ini juga hanya menyerang satu daerah persarafan kulit.

Gejala herpes zoster
Ada beberapa gejala yang akan muncul jika Anda terkena penyakit herpes zoster:
Kondisi tubuh tidak stabil, dan akan menyebabkan demam dan meriang
Terasa gatal dan panas pada kulit di bagian tertentu
Munculnya bintil merah berisi air yang berada pada satu daerah tubuh saja
Akan terasa linu dan sakit pada sendi di daerah yang akan terserang herpes zoster
Biasanya terjadi dalam kurun waktu 2-7 hari

Siapa saja yang bisa terserang herpes zoster
Orang yang berusia lanjut
Orang yang terkena HIV/AIDS atau kanker
Orang yang sistem kekebalan tubuhnya lemah
Orang yang sedang menjalani proses kemoterapi atau terkena radiasi
Orang yang habis melakukan transplantasi organ tubuh
Orang yang mengonsumsi obat dengan risiko kekebalan tubuh menurun (steroid)
Bagaimana seseorang bisa tertular herpes zoster?
Penyebaran virus zoster ini sangat rentan terjadi jika kontak langsung dengan penderita. Biasanya, penularan ini akan cenderung menular kepada seseorang yang telah berusia lanjut. Orang berusia lanjut biasanya terserang karena imun tubuhnya yang  mulai melemah.

Tetapi penularan herpes zoster ini akan ditularkan kepada orang yang belum pernah mengalami cacar air sebelumnya, baru akan diikuti dengan herpes zoster.
Bagaimana cara mencegah herpes zoster?

Meskipun virus herpes zoster ini menular, bukan berarti kita harus menghindari penderitanya. Cukup hindari kontak langsung seperti tidak menggunakan alat makan yang sama, pakaian atau barang yang melekat di tubuh secara bergantian. Setelah berpergian biasakan membersihkan diri dengan mencuci tangan, kaki dan muka. Jaga kesehatan tubuh secara berkala dengan memakan asupan yang bergizi


Pejelasan TBC (Tuberculosis) Dan Pengobatan Nya

Tuberkulosis (Tuberculosis, disingkat Tbc), atau Tb (singkatan dari "Tubercle bacillus") merupakan penyakit menular yang umum, dan dalam banyak kasus bersifat mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai strain mikobakteria, umumnya Mycobacterium tuberculosis (disingkat "MTb" atau "MTbc"). Tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru, namun juga bisa berdampak pada bagian tubuh lainnya. Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau menyebarkan butiran ludah mereka melalui udara.[2] Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatikdan laten. Namun hanya satu dari sepuluh kasus infeksi laten yang berkembang menjadi penyakit aktif. Bila Tuberkulosis tidak diobati maka lebih dari 50% orang yang terinfeksi bisa meninggal.

TBC atau tuberculosis adalah infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang dan merusak jaringan tubuh manusia. Bakteri tersebut dapat ditularkan melalui saluran udara. TBC biasanya menyerang paru-paru, namun bisa juga menyebar ke tulang, kelenjar getah bening, sistem saraf pusat, jantung, dan organ lainnya.
Jenis tuberkulosis yang diderita oleh pasien sering kali merupakan infeksi TBC laten, di mana terdapat bakteri TBC yang “tertidur” atau belum aktif secara klinis. Bakteri TBC akan aktif dan mulai menunjukkan gejala setelah periode waktu tertentu, beberapa minggu bahkan beberapa tahun, tergantung kondisi kesehatan dan daya tahan pasien.
Jika pasien memiliki sistem kekebalan tubuh yang melemah (misalnya pada penderita HIV, kanker, atau pasien yang menjalani kemoterapi), maka TBC akan berkembang lebih cepat.

Seberapa umumkah TBC (tuberculosis)?
Tuberkulosis sering menyerang kelompok berikut ini:
Pengidap HIV, diabetes melitus (kencing manis), malnutrisi, atau penyakit lain yang melemahkan sistem kekebalan tubuh
Orang yang melakukan kontak dengan pasien TBC
Orang yang merawat pasien TBC, misalnya dokter atau perawat
Orang yang tinggal atau bekerja satu tempat dengan pasien TBC, misalnya di tempat pengungsian atau klinik
Orang yang tinggal di wilayah yang kondisi kesehatannya buruk
Pengguna alkohol atau obat terlarang
Orang yang bepergian ke tempat di mana tuberculosis merupakan penyakit yang umum. Kebanyakan adalah daerah yang masih berkembang seperti di Amerika Latin, Afrika, Asia, Eropa Timur, dan Rusia
Tanda-tanda & gejala
Apa saja ciri dan gejala TBC (tuberkulosis)?
Saat masa inkubasi TBC, penderita biasanya tidak menunjukkan gejala apapun dan penyakit belum menular. Ketika tuberkulosis sudah berkembang, gejala-gejala pun mulai terlihat.

Tergantung pada organ mana yang diserang, gejala TBC bisa berupa batuk yang berlangsung 2 minggu atau lebih, dahak atau batuk darah, sesak napas, demam atau meriang, berkeringat di malam hari tanpa ada aktivitas fisik, penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan, lelah dan lemah.
Gejala TBC seperti di atas bisa jadi disebabkan oleh penyakit lain yang berhubungan dengan paru-paru. Masih ada gejala-gejala lain yang tidak tercantum di atas. Jika Anda memiliki kekhawatiran tentang gejala tertentu, segera konsultasikan pada dokter.

Penyebab
Apa penyebab TBC (tuberculosis)?
TBC disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (MTB) yang dapat menyebar melalui udara. Bakteri ini dapat terhirup jika terjadi kontak dengan penderita tuberculosis atau melalui udara yang sudah dicemari penyakit TBC melalui batuk.
Setelah memasuki tubuh, bakteri masih belum aktif melainkan akan “tidur” selama beberapa waktu. Periode ini disebut masa inkubasi. Karena bakteri tidak aktif, maka tidak akan ada gejala dan tidak pula menular. Jika pasien mengikuti tes bakteri MTB, hasilnya akan positif meskipun tidak ada tanda-tanda sama sekali. Risiko TBC dapat dikurangi secara signifikan jika terdeteksi dini dalam periode inkubasi.
Dari sepuluh orang yang terinfeksi bakteri MTB, hanya satu orang yang biasanya akan berkembang menjadi terjangkit penyakit TBC. Bakteri akan menyerang tubuh ketika sistem kekebalan tidak mampu melawannya, atau bakteri tersebut menunggu hingga sistem kekebalan melemah (misalnya pada orang lanjut usia, atau pada penderita HIV). Jadi, masa inkubasi akan berbeda pada setiap orang. Ketika bakteri mulai aktif, bakteri akan berkembang di dalam paru-paru dan pembuluh darah, lalu bermigrasi ke bagian tubuh lain.

Faktor-faktor risiko
Siapa saja yang berisiko terkena TBC (tuberculosis)?
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko Anda terkena TBC. Faktor paling besar adalah apabila sistem kekebalan tubuh melemah, di antaranya akibat:
HIV/AIDS
Diabetes
Penyakit ginjal stadium akhir
Kanker
Malnutrisi
Pengobatan kanker, seperti kemoterapi
Konsumsi obat-obatan yang digunakan untuk mengobati penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis, penyakit Crohn, dan psoriasis.
Jika seseorang tidak memiliki faktor risiko seperti di atas, bukan berarti ia tidak akan terkena TBC. Tanda-tanda di atas hanyalah referensi semata. Konsultasikan pada dokter spesialis untuk keterangan lebih lengkap.

Obat & Pengobatan
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

Apa saja obat TBC (tuberculosis) yang biasa digunakan?
TBC dapat diobati dengan cukup mudah. Biasanya, pasien diharuskan mengonsumsi obat-obatan selama enam bulan atau lebih.
Pengobatan TBC yang tepat akan melibatkan 3-4 antibiotik harian. Pasien akan merasa lebih baik setelah beberapa minggu. Namun, ini bukan berarti bakteri MTB sudah hilang dari tubuh. Karenanya, penting bagi pasien untuk menyelesaikan tahapan pengobatan sekalipun gejala-gejala TBC sudah hilang.
Jika pengobatan tidak diselesaikan dengan tuntas atau berhenti di tengah-tengah, bakteri MTB dapat tersisa di tubuh pasien. Penyakit TBC dapat kembali, menyebar ke bagian tubuh lain dan menular. Pemakaian antibiotik yang tidak tuntas dapat membuat bakteri MTB kebal terhadap antibiotik yang tersedia. Hal ini akan mempersulit pengobatan tuberkulosis karena antibiotik yang tersedia untuk mengobati TB terbatas macamnya.
Jalani pengobatan sesuai anjuran dokter untuk menghindari bakteri MTB menjadi kebal. Penghentian konsumsi obat hanya berdasarkan anjuran dokter.
Obat-obat antibiotik yang diberikan oleh dokter dapat memberikan efek samping seperti kencing berwarna merah (bukan darah), telinga berdenging, kesemutan pada kulit, mual muntah, dan kulit kuning. Kencing berwarna merah bukanlah sesuatu yang berbahaya. Namun bila efek samping lainnya muncul, segera temui dokter Anda untuk menanganinya.

Orang-orang yang memiliki kontak dengan pasien TB juga berisiko untuk terinfeksi TB. Maka dari itu, keluarga pasien ataupun orang yang melakukan kontak dengannya harus segera diperiksa.

Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk TBC (tuberkulosis)?
Jika Anda mengalami batuk terus-menerus, demam atau penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, maka bisa jadi disebabkan oleh TBC. Untuk mendeteksi sumber infeksi TBC, dokter akan menanyakan tempat Anda tinggal dan bekerja, serta dengan siapa saja Anda melakukan kontak. Dokter juga dapat memeriksa sejarah dari hasil tes kulit TBC, faktor risiko (terutama HIV), kunjungan ke luar negeri, dan kerja lapangan.

Reaksi tes kulit dengan elemen TB (PPD) dapat dilakukan. Dalam tes ini, sejumlah kecil protein yang mengandung bakteri TBC akan disuntikkan ke kulit di bawah lengan; bagian yang bengkak akan diperiksa setelah 48-72 jam kemudian. Ukuran dari bagian yang bengkak tersebut akan menentukan hasil tes. Apabila hasilnya positif, biasanya berarti bahwa orang tersebut telah terinfeksi TBC.

Dokter dapat pula mengambil sinar X dan sampel dahak, darah, atau urin untuk memeriksa keberadaan bakteri MTB. Tes HIV juga bisa dilakukan.
Pengobatan di rumah
Apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi TBC (tuberculosis)?
Gaya hidup dan pengobatan berikut dapat membantu Anda mengatasi penyakit TBC:
Minumlah obat sesuai anjuran dokter
Konsumsi obat sesuai jadwal
Tanyakan pada dokter tentang efek samping pengobatan dan apa yang harus dilakukan bila muncul
Lakukan pemeriksaan ulang secara tepat waktu
Waspada penularan penyakit kepada orang lain. Tutuplah mulut Anda ketika batuk dengan menggunakan masker, sapu tangan, atau lipatan siku Anda. Menggunakan telapak tangan Anda memudahkan penularan bakteri MTB saat bersalaman dan saat memegang benda lain
Ikuti instruksi dokter mengenai kebersihan diri dan lingkungan
Segera hubungi dokter apabila tubuh Anda mengalami panas atau dingin, apabila Anda khawatir tentang efek samping obat suatu obat, apabila Anda menunjukkan gejala yang terus-menerus atau bahkan memburuk, apabila Anda mengalami batuk dengan dahak berubah warna atau berdarah.

Penjelasan Penyakit Tetanus Dan Gejala Gejala Nya

Tetanus yang juga dikenal dengan lockjaw , merupakan penyakit yang disebakan oleh tetanospasmin, yaitu sejenis neurotoksin yang diproduksi oleh Clostridium tetani yang menginfeksi sistem urat saraf dan otot sehingga saraf dan otot menjadi kaku (rigid).Kitasato merupakan orang pertama yang berhasil mengisolasi organisme dari korban manusia yang terkena tetanus dan juga melaporkan bahwa toksinnya dapat dinetralisasi dengan antibodi yang spesifik. Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di saat spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang, dan paralisis pernapasan.

Tetanus adalah kejang bersifat spasme (kaku otot) yang dimulai pada rahang dan leher. Kondisi ini disebabkan oleh racun berbahaya bakteri Clostridium tetani, yang masuk menyerang saraf tubuh melalui luka kotor.
Clostridium tetani bisa bertahan hidup di luar tubuh dalam bentuk spora untuk waktu yang sangat lama. Misalnya, dalam debu, tanah, serta kotoran hewan maupun manusia. Spora Clostridium tetani umumnya masuk ke tubuh melalui luka yang kotor, contohnya luka akibat cedera, digigit hewan, paku berkarat, atau luka bakar.

Gejala-gejala Tetanus
Apabila berhasil memasuki tubuh, spora Clostridium tetani akan menjadi bakteri tetanus yang aktif. Spora tersebut kemudian akan berkembang biak untuk melepaskan neurotoksin atau racun yang menyerang sistem saraf.
Neurotoksin yang mengacaukan kinerja saraf itu berpotensi menyebabkan pengidap mengalami kejang yang menyerupai kekakuan otot. Inilah gejala utama tetanus yang bisa menyebabkan rahang pengidap mengatup rapat dan tidak bisa dibuka atau biasa disebut dengan istilah rahang terkunci (lockjaw). Selain itu, masalah sukar menelan juga bisa dialami oleh pengidap tetanus.

Jenis-jenis Tetanus
Ada beberapa tipe tetanus, yaitu tetanus umum, terlokalisir, cephalic, dan neonatorum.  Tipe terlokalisir dan cephalic termasuk jenis yang jarang terjadi.
Tetanus dikatakan terlokalisir bila mengenai bagian tubuh tertentu yang akan mengalami kejang lokal. Ini terjadi ketika tubuh hanya memiliki kekebalan parsial terhadap racun tetanus dan bisa menjadi tetanus umum yang menyebar ke bagian tubuh lain.
Tetanus cephalic terjadi akibat infeksi telinga tengah. Sama seperti tetanus terlokalisir, tetanus ini juga berpotensi menjadi tetanus umum.
Sementara tetanus neonatorum adalah tetanus yang dialami oleh bayi baru lahir karena proses penanganan persalinan yang tercemar spora bakteri tetanus. Jenis tetanus ini dapat terjadi karena kekebalan tubuh sang bayi terhadap tetanus masih lemah.

Jenis tetanus yang akan dibahas dalam artikel ini adalah tetanus umum.
Diagnosis dan Pengobatan Tetanus
Untuk mendiagnosis tetanus, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik. Termasuk pemeriksaan luka sambil menanyakan riwayat penyakit, vaksinasi yang pernah diterima, serta gejala dan tanda klinis yang dialami pasien.
Sementara langkah pengobatan tetanus bertujuan untuk memberikan terapi suportif; memusnahkan spora, dan menghentikan perkembangan bakteri. Caranya bisa dengan membersihkan luka yang kotor, menghentikan produksi neurotoksin, menetralkan neurotoksin yang belum menyerang saraf tubuh, mencegah komplikasi, serta menangani komplikasi bila sudah terjadi.

Dokter juga akan menganjurkan vaksinasi tetanus jika pasien:
Belum pernah divaksinasi.
Belum menerima vaksinasi yang lengkap.
Tidak yakin apakah sudah divaksinasi atau belum.
Penyembuhan tetanus umumnya membutuhkan waktu selama beberapa minggu hingga beberapa bulan.

Tetanus bukanlah penyakit menular, tapi berpotensi mematikan. Terutama bila luka berada di kepala atau wajah, dialami oleh bayi yang baru lahir, serta pada penderita yang tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.

Pencegahan dan Komplikasi Tetanus
Langkah utama untuk mencegah tetanus adalah dengan vaksinasi. Di Indonesia, vaksin tetanus termasuk dalam daftar imunisasi wajib untuk anak.

Imunisasi ini diberikan sebagai bagian dari vaksin DTP (difteri, tetanus, pertusis). Proses vaksinasi ini harus dijalani dalam 5 tahap, yaitu pada usia 2, 4, 6, 18 bulan, dan 5 tahun. Vaksin ini kemudian akan diulangi pada saat anak berusia 12 tahun yang berupa imunisasi Td. Namun, DTP termasuk imunisasi yang tidak dilisensikan bagi anak berusia 7 tahun ke atas, remaja, serta dewasa.

Untuk wanita, imunisasi TT (tetanus toksoid) sebaiknya diberikan 1 kali saat sebelum menikah dan 1 kali pada saat hamil. Tujuan imunisasi ini adalah untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir.

Di samping vaksinasi, pencegahan tetanus juga dapat dilakukan dengan selalu menjaga kebersihan. Terutama saat merawat luka agar tidak terkena infeksi.

Infeksi tetanus yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan komplikasi dan berakibat fatal. Beberapa komplikasi tetanus yang dapat terjadi meliputi jantung yang tiba-tiba berhenti, emboli paru, serta pneumonia.