Apa Itu Fobia Lubang?
Fobia lubang atau trypophobia merupakan ketakutan terhadap sekumpulan lubang kecil atau benjolan. Namun ternyata, trypophobia jarang digunakan dalam literatur ilmiah dan bukan nama resmi yang diberikan oleh kumpulan psikolog, melainkan diciptakan oleh salah seorang netizen di forum internet.
Meski demikian, melihat besarnya fenomena fobia lubang ini, ada dua psikolog yang melakukan penelitian tentang ketakutan tersebut. Mereka menggunakan gambar-gambar yang dianggap dapat memicu trypophobia dan gambar-gambar binatang beracun seperti ular dan laba-laba.
Dari studi tersebut, kedua psikolog mengemukakan bahwa fobia lubang atau trypophobia merupakan suatu mekanisme pertahanan diri dari serangan binatang beracun. Binatang beracun rupanya memiliki pola karakteristik yang sama pada kulit tubuhnya, yaitu lurik-lurik menyerupai gambar lubang. Dengan mengubah kontras dan energi cahaya pada gambar binatang ini, maka akan muncul gambar menyerupai lubang-lubang pada kulit binatang. Otak akan meresponsnya sebagai sumber bahaya.
Menangani Fobia Lubang
Entah Anda mengalami ketakutan terhadap lubang atau hal lain, fobia bisa ditangani dengan berbagai cara berikut:
Pelajari apa yang membuat Anda takut. Mencari tahu lebih banyak tentang sumber ketakutan Anda adalah cara efektif untuk mengatasi fobia lubang atau fobia lainnya. Misalnya, jika Anda merinding melihat kelopak biji teratai, cari tahu mengapa bentuknya seperti itu? Apakah ada fungsi dan alasan tertentu? Dengan begitu, rasa takut Anda mungkin akan menjadi sedikit berkurang.
Hadapi rasa takut dan ubah cara pandang Anda.
Lakukan meditasi, yoga, atau tarik napas dalam-dalam agar dapat menenangkan diri.
Mengobati dari dalam diri sendiri dengan mengubah gaya hidup (rutin olahraga, mengonsumsi makanan dan minuman sehat, cukup tidur, hindari kafein dan stimulan lain), ikut terapi perilaku kognitif, dan menemui orang dengan ketakutan serupa.
Ikut konseling atau psikoterapi.
Minum obat penenang atau antidepresan, hanya jika diresepkan oleh psikolog dan hanya disarankan untuk dikonsumsi dalam jangka pendek.
Jika Anda menderita fobia lubang (atau fobia lain) dan ketakutan tersebut memengaruhi kehidupan sehari-hari Anda, segara cari bantuan dari psikolog sesegera mungkin.
Lubang atau gelembung hanyalah bentuk yang tidak menimbulkan ancaman berarti. Namun, bagi banyak orang, kumpulan yang tidak beraturan dari bentuk tersebut menimbulkan reaksi yang berlebihan.
Kondisi ini disebut dengan trypophobia yang berarti ketakutan terhadap lubang, walaupun lebih mirip rasa jijik.
Pada tahun 2013 lalu, para ilmuwan menyebut reaksi aneh saat melihat lubang terjadi karena asosiasi bentuk tersebut dengan hewan beracun, termasuk ular dan gurita kepala biru.
Namun, Tom Kupfer, seorang peneliti pascasarjana di bidang psikologi di University of Kent di Inggris, bersama rekannya An Trong Dinh Le, kandidat PhD dalam bidang psikologi di University of Essex, menemukan alasan yang berbeda.
Mereka melakukan sebuah eksperimen dengan 300 orang pengidap trypophobia dan 300 mahasiswa yang tak memiliki trypophobia.
Para peserta kemudian dihadapkan pada 32 gambar: 8 foto berisi gambar lingkaran yang berhubungan dengan penyakit seperti ruam, bekas luak cacar, dan kumpulan kutu darah yang membesar; 8 foto berisi gambar lingkaran yang tak berhubungan dengan penyakit, seperti lubang bor di dinding dan biji bunga teratai; sisanya, tak terkait dengan lubang sama sekali.
Hipotesisnya, kedua kelompok akan menganggap gambar pertama tak menyenangkan dilihat, sementara pengidap trypophobia juga merasa tak nyaman saat melihat foto yang tak ada hubungannya dengan penyakit.
Ternyata, hipotesis para peneliti terbukti. "Kami menemukan bahwa hanya sebagian kecil dari mereka yang melaporkan rasa takut atau berhubungan dengan takut. Mayoritas melaporkan perasaan jijik atau yang berhubungan dengan jijik," kata Kupfer seperti dikutip dari Live Science.
Dipublikasikan dalam jurnal Cognition and Emotion, para peneliti melaporkan bahwa saat pengidap trypophobia melihat gambar lubang atau gelembung, mereka mengatakan adanya perasaan jijik ekstrem yang tak dipahami hingga merasa terkontaminasi. Tak sedikit pula yang merasa gatal, seolah-olah ada yang berjalan-jalan pada kulit mereka.
Para peneliti menyimpulkan, persasaan jijik tersebut merupakan kecemasan ekstrem tentang parasit. Salah satu peserta, misalnya, mengatakan, saya merasa seperti lubang itu berada di lengan, kaki, dan seluruh tubuh. Jadi saya menggaruk kulit sampai berdarah.
Akan tetapi, trypophobia masih belum diakui sebagai gangguan mental di dunia psikiatri. Rencananya, Kupfer ingin melakukan analisis yang lebih komprehensif untuk mendapatkan informasi lebih jauh mengenai trypophobia.
"Memahami dan menggambarkannya - fiturnya dan mengapa hal itu ada - mungkin berguna bagi orang-orang yang memiliki kondisi ini dan orang-orang yang akan mengobatinya," kata Kupfer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar