Selasa, 27 November 2018

Virus Marburg Mematikan

Marburg adalah sebuah kota di Jerman, yang untuk pertama kali (1967) ditemukan penyakit yang menyerang dokter hewan dan teknisi laboratorium yang sedang menyiapkan biakan sel dari kera hijau Afrika (Cercopithecus aethiops). Biakan sel itu akan dipakai sebagai media untuk memproduksi vaksin polio manusia. Kera hijau itu diperoleh dari hutan di Uganda, Afrika. Setelah sampai di Jerman, beberapa di antara kera hijau tersebut menunjukkan gejala sakit demam berdarah, kemudian mati. Selang beberapa hari, sebanyak 25 orang yang bekerja di laboratorium tersebut menderita sakit dengan gejala demam berdarah. Dalam tempo hampir bersamaan, di Belgrado, Yugoslavia, terjadi penyakit yang sama pada 6 orang yang bekerja di laboratorium serupa. Tujuh dari 31 orang (di Jerman dan Yugoslavia) yang terserang demam berdarah marburg akhirnya meninggal dunia.
Sesudah temuan di Jerman dan Yugoslavia, penyakit marburg baru ditemukan di Afrika, yakni di Johanesburg (1975) pada 3 orang, Uganda (1980), dan Kongo (1999) pada 76 orang, 56 di antaranya meninggal dunia.
Di bawah mikroskop, elektron virus marburg terlihat sebagai benang pendek, kadang-kadang melengkung pada salah satu ujungnya sehingga membentuk angka 6 atau 9. Virus yang berbentuk seperti benang, dimasukkan dalam famili Filoviridae (filo = filamen/benang).

Para ilmuwan Amerika Serikat untuk pertama kalinya menyatakan telah mengidentifikasi dan memblok dua sel enzim yang diproduksi virus ebola, baru-baru ini. Doktor Nancy J. Sullivan, peneliti dari Institut Alergi dan Penyakit Infeksi Maryland, AS, menyatakan, efektivitas virus ebola akan lenyap jika dua sel enzim ini ditahan. Ke depan, penemuan ini akan mengarah pada pengobatan penyakit ebola.

Hingga kini, belum ada obat yang mampu menyembuhkan pasien ebola sejak penyakit ini merebak. Virus ebola menggunakan sel enzim untuk menggerogoti sel korban. Cara kerjanya seperti virus marburg yang kini mewabah di Angola.

Virus ebola merupakan virus penyebab demam berdarah yang membawa kematian bagi korban. Sullivan yakin, dari penemuannya ini akan ditemukan obat yang juga efektif mengobati infeksi virus marburg. Sejauh ini, para dokter di Angola masih terus berupaya mencegah penyebaran virus marburg yang telah menewaskan 230 orang.

Dikutip dari laporan WHO, Selasa (7/11), Menteri Kesehatan Uganda secara resmi telah mengumumkan terjadinya wabah penyakit virus Marburg di negaranya sejak 19 Oktober lalu.
Menurut WHO, virus Marburg terkait dengan virus jahanam lainnya, yakni virus Ebola. Kedua virus itu merupakan anggota dari famili “flovirus” yang memiliki tingkat kematian yang tinggi.
Dikutip dari Live Science, Selasa (7/11), berdasarkan catatan riwayat sejak virus Marburg muncul pada beberapa tahun lalu, tingkat kematian penyakit yang disebabkan oleh virus ini bisa mencapai 88 persen.
Virus ini ditularkan ke tubuh manusia dari sejenis kelelawar pemakan buah yang bernama ilmiah Rousettus aegyptiacus. Kelelawar ini disebut juga sebagai kelelawar Mesir pemakan buah.

Penanganan Wabah Virus MarburgPenanganan Wabah Virus Marburg (Foto:Florence P/AFP)
Ketika seseorang terinfeksi virus ini, virus tersebut dapat menyebar ke orang-orang lainnya melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau benda dan permukaan yang terkontaminasi oleh cairan tersebut.
Lama waktu yang dibutuhkan untuk gejala-gejala penyakit itu muncul adalah sekitar 2 hingga 21 hari sejak orang tersebut terinfeksi. Masa menjelang munculnya gejala-gejala penyakit itu disebut masa inkubasi.
Ketika gejala-gejala penyakit itu sudah muncul, orang yang bersangkutan akan merasakan sakit dan nyeri otot.
Sekitar tiga hari setelah gejala penyakit itu muncul, orang yang bersangkutan dapat terkena penyakit pencernaan, seperti mual, muntah, dan diare berat yang berlangsung hingga seminggu.

Istri Bill Gates Kunjungi Yogyakarta, Belajar Bakteri hingga Nyamuk
Wabah Demam Berdarah Bunuh 300 Orang di Sri Lanka
Deret Penyakit Akibat Gigitan Nyamuk
WHO menggambarkan, saat menjalani fase infeksi ini sang pasien akan telihat “seperti hantu” dengan ciri-ciri mencolok, antara lain mata yang dalam, wajah tanpa ekspresi, dan kelesuan yang ekstrem.
Tak hanya itu, virus Marburg, seperti virus Ebola, juga menyebabkan kondisi yang disebut demam berdarah parah. Gejalanya meliputi demam tinggi dan disfungsi dalam pembuluh darah yang dapat menyebabkan pendarahan luar biasa.
Gejala demam berdarah ini biasanya muncul antara hari kelima dan ketujuh setelah timbulnya gejala penyakit virus Marburg.
Jika demam sudah menyerang seseorang, ia dapat mengalami pendarahan dari muntahan mulut, hidung, gusi, hingga kotoran. Pada wanita, pendarahan juga bisa ditemukan pada bagian vagina.
Penanganan Wabah Virus Marburg NOT COVERPenanganan Wabah Virus Marburg (Foto:Pierre Formenty/AFP)
WHO mengatakan, virus Marburg juga menyerang sistem saraf pusat sehingga dapat menyebabkan kebingungan, gangguan kepekaan, dan perilaku agresi.
Dalam kasus-kasus fatal, kematian bisa terjadi antara hari kedelapan dan kesembilan setelah gejala penyakit itu muncul. Penyebab kematian biasanya karena kehilangan darah dan guncangan yang parah.
Pada pengumuman wabah penyakit akibat virus Marburg 19 Oktober lalu, ada tiga orang dari keluarga yang sama di Distrik Kween di Uganda Timur yang terjangkit penyakit virus itu dan semuanya meninggal.
Salah seorang dari mereka sempat melakukan perjalanan ke Kenya terlebih dulu sebelum kematian akhirnya meninggal di sana.
Dengan jumlah tiga orang yang sudah terinfeksi sejauh ini, dan ketiganya meninggal, wabah penyakit akibat virus Marburg saat ini dapat dinyatakan memiliki tingkat kematian 100 persen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar